Jangan mengira menulis itu sesuatu hal berat yang menjadi beban. Aktivitas menulis ya dijalani saja. Selama ini menulis masih syik-asyik saja. Mungkin karena yang ditulis bukan tema berat yang menguras pikiran. Makanya ketika teman Blogger ada yang bertanya bagaimana mengatur waktu untuk bisa menulis setiap hari?. Jawabannya sederhana, mengalokasikan waktu khusus untuk menulis. Sama halnya penikmat kopi yang selalu menyediakan waktu untuk ngopi. Anggap saja waktu untuk menulis lima paragraf itu sepadan dengan waktu menghabiskan secangkir kopi dan dua batang sigaret.
Lalu apa gunanya menulis yang remeh-temeh seperti ini?. Bagi sebagian orang mungkin tidak ada pentingnya. Tapi bagi saya ini adalah proses membiasakan diri, dan itu penting. Setidaknya lebih bagus daripada duduk melamun menghayal yang bukan-bukan. Atau melototi acara televisi yang acaranya semakin tidak jelas.
Menulis hanya bagian dari menepati janji terhadap diri sendiri. Seperti kata seorang penulis mashur, bila hari ini aku tidak menulis maka tidak ada yang aku tinggalkan. Dan sejauh ini, beginilah yang saya mampu. Menulis dengan tema ringan yang mungkin akan dianggap kurang berguna. Tentu tidak mungkin menulis karya ilmiah, karena itu bukan kapasitas saya.
Menulis setiap hari sebenarnya adalah latihan “artikulasi” gagasan, melatih memaparkan ide-ide. Kita memerlukan latihan panjang dalam hal ini. Berkaca dari para penulis produktif, Cak Nun misalnya. Beberapa orang terdekat Cak Nun, panggilan akrab Emha Ainun Nadjib, pernah bercerita bahwa dalam menulis, beliau tidak pernah sekalipun menekan tombol Delete. Tulisannya mengalir deras dan tanpa salah ketik.
Kemampuan menulis seperti itu pasti diperoleh dari proses berlatih yang panjang. Bukan cuma hitungan bulan atau setahun dua tahun, dan sudah pasti telah kenyang makan asam garamnya dunia menulis. Dengan belajar terus dan praktik menulis setiap hari sebenarnya kita sedang berusaha meraih sebuah mimpi. Pada waktunya kita terus tumbuh berkembang. Dan buah usaha keras itu bukan hanya kita yang menikmati, tapi juga orang lain.
lanjut mas
BalasHapusNggih Prof....
BalasHapus