Kamis, 03 Desember 2020

KAYA ATAU MISKIN




Bila disuruh memilih, antara hidup miskin atau kaya, mungkin hampir seluruh orang ingin hidupnya kaya. Hidup serba berkecukupan, ingin apa saja bisa terpenuhi dan melakukan apa saja serba bisa. Begitulah gambaran kehidupan orang kaya. Padahal miskin atau kaya sebenarnya dalam pandangan Allah sama saja. Yang membedakan derajat seseorang adalah ketaqwaan. Seperti quote, “Kita harus tahu kekayaan bukanlah sebuah kemuliaan, dan kemiskinan bukanlah sebuah kehinaan. Namun semua itu hanyalah sebuah ujian, siapa yang mampu bersyukur dan bersabar”.

Dalam pandangan agama, orang miskin pun memiliki kelebihan yang tidak terdapat pada orang kaya. Pahala amal orang miskin lebih dari pahala amal orang-orang kaya dalam salat, sedekah dan lain-lainnya. Jika ingin sesuatu dan tidak tercapai, maka dicatat baginya pahala. Mereka lebih dahulu masuk surga dibanding orang kaya. Hisab mereka di Akhirat lebih ringan daripada orang kaya. Pada saat orang-orang kaya masih sibuk mempertanggungjawabkan hartanya ketika di dunia, orang miskin sudah terlebih dahulu selesai hisabnya, ya karena tidak banyak yang harus diperiksa. 

Lalu apa kelebihan orang kaya dibanding orang miskin?. Tentu juga banyak. Perjuangan menegakkan agama Allah itu membutuhkan biaya, dan hanya orang-orang kaya yang mampu memenuhinya. Membantu saudara seiman yang dalam kesulitan ekonominya, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki harta. Menafkahi atau membantu orang tua, keluarga, fakir miskin, anak yatim maupun orang-orang terlantar juga hanya bisa diamalkan bila memiliki kelebihan harta benda.

Namun, tidak pasti orang kaya itu lebih mulia dari orang miskin. Dan sebaliknya tidak musti orang miskin pasti lebih mulia dari orang kaya. Semua akan bergantung pada kapasitas pribadi masing-masing. Orang kaya yang menggunakan hartanya untuk beribadah dan semata-mata mencari ridha Allah tentu sangat mulia. Tapi bila kekayaan menjadikan manusia bakhil dan menggunakan hartanya yang berlimpah untuk kesenangan dirinya sendiri, tentu menjadi nista dalam mata manusia, dan rendah di mata Allah.

Orang miskin juga belum pasti selamat dari fitnah (ujian) kemiskinannya. Orang yang miskin karena malas berusaha, yang dalam hatinya hanya ada ketamakan terhadap harta dan hasud terhadap orang kaya, derajatnya juga rendah. Namun bila kemiskinan tidak menjadikan dia putus asa, tetap berusaha mencari rezeki di jalan yang halal, tidak hanya berharap pemberian orang, dan tetap sabar dengan situasi yang sulit, akan menjadikan dia menjadi hamba yang mulia. Miskin atau kaya, akhirnya bisa menjadi jalan menuju derajat yang mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyongsong Peringatan Hari Buku Nasional

  Hari Buku Nasional diperingati setiap tanggal 17 Mei tiap tahunnya. Peringatan Hari Buku Nasional pertama kali dirayakan pada tahun 2002...