Kamis, 03 Desember 2020

BUMI TUA KITA



”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Ruum 41)

Musim sepertinya saat ini sudah sulit ditebak. Siang hari begitu panas, namun begitu sore turun hujan deras. Kemarau pun beberapa tahun terakhir berlangsung lebih lama dari umumnya. Kekacauan musim sebenarnya juga karena kesalahan manusia dalam mengolah alam. Hutan yang terus ditebang, pencemaran udara meningkat terus, bangunan tinggi menjulang semakin membuat alam tidak seimbang.

Bumi kita semakin tua. Tangan-tangan serakah manusia tak pernah berhenti menguras isi lautnya, mengeruk isi perutnya, menebang habis kekayaan rimbanya. Sampai kapan manusia puas dengan nafsunya. Apa menunggu bumi kering mata airnya, atau sampai gersang tandus tanahnya, pekat dan kotor udaranya dan tercemar sungai dan lautnya. Sungguh, perut manusia sepertinya tidak pernah kenyang dengan semua yang dilahapnya. Oh, bumi kita yang malang.

Bumi yang hijau kini hanya tinggal impian. Kenyataanya bumi kita semakin panas. Menurut para peneliti, setiap tahun rata-rata suhu bumi grafiknya meningkat. Bukankah  bumi bukan warisan untuk kita tapi titipan untuk anak cucu kita. Tapi, kenyataan yang terjadi saat ini sangat memilukan hati. Kepedulian pelestarian lingkungan menurun drastis. Alam dirusak untuk kepentingan sesaat. Dan apa lagi yang bisa diperbuat kalau semua sudah seperti ini.

………………..

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

………………..

 

 

 

2 komentar:

Menyongsong Peringatan Hari Buku Nasional

  Hari Buku Nasional diperingati setiap tanggal 17 Mei tiap tahunnya. Peringatan Hari Buku Nasional pertama kali dirayakan pada tahun 2002...