Makan gartis atau
Makan Bergizi Gratis (MBG) yang merupakan janji kampanye dalam Pilpres tahun
lalu sudah mulai berjalan. Beberapa daerah sudah melaksanakan program MBG meski
belum bisa serentak. Tentu ini dimaklumi, tidak mudah menyiapkan makan setiap
hari bagi anak-anak sekolah yang jumlahnya seluruh Indonesia konon mencapai 82
juta anak.
Ada saja tanggapan
orang terkait MBG. Ada pihak yang merespon positif, dan pasti juga ada kelompok
dalam masyarakat yang menilai program ini kurang efektif dan pemborosan dana
negara. Sudah lumrah dalam masyarakat kita berbeda pendapat. Dan waktu yang
akan membuktikan, apakah program MBG bisa berjalan dengan baik atau justru gagal
dan tidak bisa dilanjutkan.
Di tengah-tengah
riuhnya pertentangan pendapat program MBG, lagi-lagi viral sebuah konten dari
seorang Youtuber kondang Indonesia yang merespon keluhan anak SD tentang MBG, yang
mengatakan makanan yang diberikan tidak enak.
Sang Youtuber
menyesalkan sikap anak yang mengeluhkan rasa makanan yang diterimanya dengan
gratis. Dia membandingkan dengan anaknya yang “dipaksa” makan nasi kotak setiap
kali ikut syuting dengannya. Dan seandainya anaknya mengeluh karena hanya makan
nasi kotak, dia tak akan segan menabok anaknya.
Sebenarnya maksud
Youtuber tadi benar juga. Kita harus mengajarkan anak-anak untuk menerima
setiap pemberian dan belajar bersyukur. Nikmati setiap rezeki makanan yang ada
dan jangan mudah mengeluh. Tapi dengan membandingkan MBG yang anggarannya hanya
Rp.10.000 Rupiah dengan nasi kotak syuting itu sepadan?. Tentu tidak.
Keluhan anak penerima
makan gratis sebenarnya penting sekali bagi evaluasi program MBG. Tentu
anak-anak akan jujur dengan apa yang dia alami. Apa yang dikeluhkan tentunya tidak
boleh diabaikan begitu saja. Bagaimana bila ternyata makanan yang diterima memang
tidak enak dan tidak layak dimakan. Pastinya program MBG akan sia-sia karena
tidak dikonsumsi oleh penerimanya.