Keberadaan seorang pemimpin mutlak diperlukan.
Rasulullah SAW berpesan pada muslim untuk mengangkat seorang
pemimpin sekalipun dalam suatu kelompok kecil perjalanan. Pentingnya seorang
pemimpin dalam masyarakat membuat muslim perlu memahami sikap yang tepat ketika
memilih pemimpin.
Ditambah lagi, seorang pemimpin di suatu wilayah/negeri
tertentu nantinya akan menjadi seorang ulil amri sebagaimana disebutkan dalam
surat An Nisa ayat 59. Dalam ayat tersebut dijelaskan, muslim berkewajiban
untuk menaati aturan yang dibuat oleh ulil amri.
Dalam sejarah Islam, kita mengenal ada beberapa cara
menentukan pemimpin. Dari empat Khalifah (Khulafaur Rasyidin) dipilih dengan
cara yang berbeda-beda. Khalifah Pertama, Abu Bakar As-Sidiq dipilih secara
mufakat. Setelah Umar membait Abu Bakar sebagai pemimpin, kaum muslim
seluruhnya berbaiat tanpa ada satu golongan pun yang menolaknya.
Selanjutnya Umar menggantikan Abu Bakar atas wasiat
Khalifah Abu Bakar. Khalifah ketiga Usman Bin Affan melalui musyawarah beberapa
sahabat Nabi yang dibentuk oleh Umar. Ketika Umar Bin Khattab mengalami luka
parah setelah ditusuk oleh Abu Lu’lu’ah seorang budak dari Persia, beliau
membentuk tim yang memiliki anggota Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abudrrahman bin Auf, dan Sa’ad bin
Abi Waqqas.
Untuk selanjutnya tim tersebut menunjuk Usman Bin Affan
sebagai pengganti Umar Bin Khatab. Sementara Khalifah ke-empat, Ali Bin Abi
Thalib terpilih sebagai pemimpin umat Islam menggantikan Ustman setelah beliau
mendapat dukungan kaum Muhajirin dan Ansor serta beberapa sahabat terkemuka
Rasulullah.
Selain melalui proses pemilihan, dalam sejarah kita juga
mengenal sistem dinasti. Yakni jabatan seorang pemimpin diturunkan atau
diwariskan tanpa adanya proses pemilihan. Salah satu pemimpin dari sistem
dinasti yang sangat masyhur adalah Umar bin 'Abdul 'Aziz. Beliau berasal dari
Bani Umayyah cabang Marwani. Umar bin 'Abdul 'Aziz merupakan sepupu dari khalifah sebelumnya,
Sulaiman.
Meski masa kekuasaannya yang terbilang singkat (hanya 2
tahun lebih), 'Umar bin 'Abdul Aziz merupakan salah satu khalifah yang paling
dikenal dalam sejarah Islam. Dia dipandang sebagai sosok yang saleh dan kerap
disebut sebagai khulafaur rasyidin kelima.
Saat ini, bangsa Indonesia sedang mengahadapi momen pemilu,
memilih pemimpin. Tentu saja, kita harus berhati-hati dalam memilih calon
pemimpin. Setidaknya ada beberapa kriteria utama yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Pemimpin harus memiliki cukup kemampuan dan berwibawa, amanah
atau dapat dipercaya, memiliki sikap hidup yang baik, dan terakhir memiliki
ilmu pengetahuan.
Yang tidak kalah penting, sebagai kaum Muslim kita harus
senantiasa berdoa kepada Allah, agar proses Pemilihan pemimpin yang akan datang
benar-benar mengahasilkan suksesi terbaik, terpilihnya pemimpin yang adil.
Pada akhirnya, setelah melalui ikhtiar yang benar. Sebagai
muslim kita mesti menerima lapang dada siapapun yang ditakdirkan menjadi
pemimpin. Dengan kata lain, menyerahkan segalanya kepada Allah SWT sebagaimana
difirmankan dalam surat Ali Imran ayat 26,
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad),
"Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa
yang Engkau kehendaki. Di tanganMulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu."
Berarti Dalam Sejarah sampai saat ini dikenal dalam memilih pemimpin dengan ditunjuk, musyawarah, dinasti/ kekaisaran/ raja dan dizaman ini dengan uang / oligarki . Nah bagaimana Gus venomena ini?
BalasHapusTidak bisa dipungkiri, memang untuk memilih pemimpin saat ini banyak dipengaruhi faktor diantaranya adalah politik uang dan campur tangan oligarki. Sistem pemilihan saat ini mustahil menghasilkan pemimpin yang ideal. Tapi meski demikian, kita tetap memilih, setidaknya pemimpin yang terbaik dari pilihan yang ada
BalasHapus