Jumat, 07 Februari 2025

Menjaga Amalan Sunah

 



Ibadah maghdah yang diwajibkan bagi umat Islam sebenarnya tidak banyak. Shalat dalam sehari semalam hanya lima waktu, puasa wajib dalam satu tahun hanya dalam satu bulan, yakni pada bulan Ramadan. Sementara ibadah yang berkaitan dengan harta yang wajib hanyalah zakat.

Namun di luar yang wajib tadi banyak sekali ibadah-ibadah sunah yang sangat diutamakan untuk dikerjakan. Ada shalat sunah rawatib, shalat witir, shalat tahajjud, shalat tarawih dan masih banyak shalat-shalat sunah yang lain.

Puasa pun demikian, ada puasa enam hari di bulan Syawal, puasa yaumul bidh, puasa tanggal 10 di bulan Muharam, puasa Nabi Daud dan beberapa puasa sunah yang lain. Selain zakat kita juga disunahkan bersedekah jariyah, wakaf, infaq maupun hibah.

Sesudah memenuhi ibadah-ibadah yang wajib, selayaknya jangan sampai ketinggalan harus kita tambah dengan amalan sunah meski tidak banyak. Karena sesungguhnya ibadah sunah yang cintai Allah itu bukan terletak pada banyaknya namun lebih pada istiqomahnya.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (Surat Al-Ahqaf Ayat 13)

Istiqomah maknanya adalah; sikap teguh pendirian dan tidak berubah dalam melakukan beribadah. Maksudnya, ia menjadikan ibadah sunah tertentu seolah menjadi amalan wajib yang terus dia kerjakan. Atau dalam bahasa tasawuf menjadi wirid.

Amalan sunah yang di-wiridkan merupakan cara untuk menunjukkan kesungguhan dan keinginan hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam pelaksanaan ibadah wajib, masih memiliki banyak kekurangan. Di sinilah fungsi ibadah sunah, yaitu menyempurnakan atau menambal kekurangan yang terdapat dalam ibadah wajib.

Hendaklah kita bisa memilih, mana ibadah sunah yang kita istiqomahkan. Kemudian terus-menerus kita amalkan sebagai bentuk kekhususan. Dan ini sangat penting, sebagaiman dalam sebuah hadis qudsi, disebutkan;

Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi. “ (HR. Bukhari)

 

Refleksi Seratus Hari

  Tagar Indonesia Gelap dan Kabur Aja Dulu menjadi trending di jagat maya kita akhir-akhir ini.   Apa iya keadaan yang kita hadapi saat in...