Saat ini kita tengah berada di Jumat kedua bulan Syawal tahun 1446 Hijriyah.
Terasa belum lama Ramadan meninggalkan kita tanpa adanya kepastian apakah di
tahun mendatang kita masih bisa berjumpa lagi, diberi kesempatan menggapai keutamaan-keutamaannya
dan memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya.
Hanya sebuah doa dan harapan yang selalu kita sampaikan kepada Allah,
semoga amal ibadah kita sepanjang Ramadan kemarin diterima di sisi-Nya dan kita
masih diberi usia panjang untuk berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun
mendatang.
Bulan Syawal seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan amal ibadah
kita, atau setidaknya mempertahankan ibadah atau amalan-amalan di bulan suci Ramadan
kemarin. Walau dalam kenyataannya, Syawal lebih sering menjadi bulan penurunan
ibadah kaum muslimin secara umum, juga penurunan kualitas diri.
Di antara tandanya yang sangat jelas adalah perayaan Idulfitri yang seakan-akan
menjadi suasana kebebasan setelah selama sebulan penuh kita menahan diri. Lalu
setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah salat lima waktu.
Fakta itu sesungguhnya juga menunjukkan kepada kita, bahwa puasa kita
yang demikian itu masih harus diperbaiki terus-menerus. Ibadah puasa belum
mampu mengantarkan seseorang meraih derajat takwa, atau mendekatinya. Kita juga
bisa menggunakan hadis Nabi sebagai kaidah yang seharusnya kita perhatikan
sebaik-baiknya: “Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin,
maka celakalah ia.”
Ramadan seolah menjadi tradisi tahunan yang kehadirannya dirayakan
namun di sisi lain banyak yang melupakan kemuliaannya. Sehingga ketika Ramadan
telah berlalu tidak ada yang membekas. Amal ibadahnya akan kembali seperti saat
sebelum Ramadan. Ibarat kata, seperti anak yang naik kelas kemudian turun
kembali. Ramadan tiba, ibadah meningkat lagi, dan ketika Ramadan selesai maka
menurun kembali, begitu terus berulang-ulang.
Bulan Syawal menjadi ukuran sampai di mana kita bisa istikamah. Bukankah
ketika Ramadan kita ringan melaksanakan salat tarawih di masjid ataupun musala,
tilawah Al-Qur’an kita yang setiap hari, bangun tengah malam dan tegak berdiri untuk
Tahajud, bersedekah memberi makan orang yang puasa. Dan sudah seharusnya amalan-amalan
tersebut mampu kita pertahankan di bulan Syawal ini.
Maka istikamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga)
orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud: 112)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar