Senin, 17 Agustus 2020

MELAWAN MALAS MENULIS


Berdasar dari pengalaman pribadi tidak selamanya semangat menulis itu selalu menyala. Terkadang meredup atau bahkan padam sama sekali. Katanya itu adalah hal yang biasa. Ya, malas menulis itu normal. Namun, tidak normal kalau kita terus terpasung dalam keadaan malas menulis. Wajar tidak menulis di saat banyak pekerjaan yang wajib diselesaikan segera. Atau ketika badan lelah tidak bisa diajak kompromi, maunya segera merebahkan diri, tidur. Menikmati fantasi mengarungi lautan mimpi. Lazim memang di saat-saat tertentu kita enggan untuk menulis. Yang aneh, ketika kita memiliki banyak waktu longgar namun masih enggan menulis. Inilah virus malas. Kalau tidak secepatnya diatasi, rasa malas akan semakin menjadi-jadi. Karena ketika malas selalu diturutkan akan banyak waktu kita yang akan berlalu sia-sia. Dan buah dari malas adalah penyesalan di kemudian hari. 

Sepatutnya memang harus ada target kegiatan dalam setiap harinya. Tidak harus berupa jadwal tertulis, namun cukup komitmen dalam hati. Misalnya, dalam sehari harus menulis berapa paragraf, sehari harus mengaji berapa juz atau, sehari harus membaca buku berapa lembar dan seterusnya… Lalu apakah hidup kita harus selalu yang serius-serius saja. Isinya, hanya seputar menjalankan kewajiban pekerjaan setiap hari, ibadah harian, terus harus menulis lagi, Kapan kita bisa refresing dan santai..? Refresing itu harus dilakukan namun dengan porsi yang tidak berlebihan. Santai itu tidak lebih merupakan urusan rasa di hati, santai bentuknya tidak harus berbaring malas-malasan, nonton film atau mendengar musik favorit. Bukankah menulis juga bisa dilakukan dengan santai. Menulis tidak harus digambarkan dengan aktivitas rumit yang menguras pikiran. Seolah-olah menulis menjadi beban yang berat untuk dipecahkan. 

Jika hari ini kita malas menulis, jamaknya dalam angan masih berharap besok ketika sudah banyak waktu longgar baru akan memulai menulis. Tapi, alangkah baiknya jangan tunggu besok…!. Bisa jadi besok kita akan menghadapi situasi yang sama dengan hari ini. Akhirnya cuma selalu menunda dan terus menunda. Menulis hanya menjadi sebuah fiksi. 

Nyalakan PC, laptop, smartphone atau ambillah secarik kertas, tulis satu kata, dua kata dan rangkaikan menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat dianyam akan menjadi satu kesatuan buah pikiran. Ketika buntu ide, mandeg kreativitas berhentilah sejenak. Ini adalah urusan kesabaran. Biasanya sesaat kemudian akan muncul hal yang baru… dan begitu seterusnya kita melawan malas menulis. 

Tidak ada obat yang mujarab untuk membasmi virus malas. Bangun kesadaran dan motivasi internal kita agar semangat menulis tetap terjaga. 

2 komentar:

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...