Kalau ada yang mengatakan, memulai sesuatu itu kadang sulit. Sepertinya hal ini memang benar. Ada beberapa teman mengeluh kelebihan berat badannya, namun setiap mendapat saran untuk mengatur pola makan dia selalu mengatakan sulit. Sulit untuk mencoba memulainya. Begitu sudah ada niat “diet” datang ajakan makan bareng yang sulit untuk diabaikan. Tentu amat sulit menghindar dari godaan yang nikmat seperti itu. Sebenarnya ini adalah masalah banyak orang. Saya sendiri juga sering mengalami hal yang serupa.
Banyak orang yang mengetahui bahwa olah raga itu penting. Olah raga bukan semata mencari prestasi, namun olah raga adalah kebutuhan setiap orang. Bukan terbatas untuk orang yang usianya masih muda, namun olah raga penting juga bagi orang yang sudah tua. Tentu jenis olah raga bisa menyesuaikan dengan kemampuan fisik dan usia. Namun, berapa banyak orang yang belum bisa memulai olah raga. Akan muncul daftar panjang alasan yang membatalkan niat memulai olah raga. Entahlah, ada saja seribu alasan. Karena belum punya sepatu olah raga, menanti ada temannya, masih menunggu hari libur, cuaca sedang tidak bagus dan bermacam dalih lainnya. Padahal di luar sana, orang bisa olah raga dengan fasilitas seadanya dan “enjoy” tanpa harus mencari orang yang menemaninya.
Dalam hal menulis pun demikian realitanya. Seperti tema dalam Ngaji Literasi hari ini. Banyak orang sebenarnya ingin bisa menulis yang bagus. Mampu menerbitkan karya yang bermutu seperti penulis terkenal. Ingin punya buku best seller seperti Habiburrahman sang novelis kondang. Namun semua masih terbatas dalam keinginan. Masalah sebenarnya bukan karena tidak mampu menulis, namun belum memulai menulis saja. Sekalinya mencoba menulis, ada saja “seabrek” alasan yang sudah mengantri. Dari mulai, masih banyak tugas, nanti bakalan menulis kalau pas libur, atau nanti akan menulis kalau sudah menemukan ide yang hebat.
Pekerjaan kecil dan sederhana yang selesai dilakukan, jelas lebih baik daripada rencana-rencana besar yang masih dalam gagasan. Memulai sesuatu memang sulit. Namun bila kita sudah mampu melewatinya, semua akan berjalan pada jalurya. Sesuatu yang terulang terus menerus menjadi sebuah kebiasaan ada kalanya awalnya juga sulit untuk memulai.
Istiqamah itu lebih baik dari seribu karomah. istiqamah tidak saja berlaku pada tataran ubudiyah semata. Istiqamah berlaku dalam konteks akhlak, ilmu, dan segala perbuatan baik. Bukankah segala aktivitas yang kita niatkan dalam kebaikan adalah bagian dari ibadah. Dan tentu semua harus dilakukan dengan istiqamah. Menulis menjadi salah satu bagian dari media penyebaran ilmu. Sehingga tidak salah bila kita istiqamah di ranah ini. Kuncinya harus segera memulai berkarya. Ada yang mengatakan, kita bisa terus menunda sesuatu, namun waktu tidak pernah menunggu kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar