Refleksi peringatan Hari Kartini.
Habis
Gelap Terbitlah Terang merupakan judul buku yang isinya adalah kumpulan
surat yang ditulis oleh R.A Kartini. Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh J.H.
Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht,
sedangkan penerjemahannya dari versi bahasa Belanda ke bahasa Melayu pertama
kali dilakukan pada 1922. (Wikipedia)
Sekian
dasawarsa tahun setelah era R.A Kartini, kini istilah gelap kembali menjadi
perbincangan masyarakat kita. Beberapa waktu yang lalu viral tagar Indonesia
Gelap. Gerakan 'Indonesia Gelap' ini merupakan bentuk kritik mereka kepada
Pemerintahan yang membuat efisiensi anggaran tanpa mempertimbangkan
kebijakan dan kepentingan masyarakat umum.
Di era
demokrasi seperti saat ini, kritik akan selalu muncul. Siapa pun yang memimpin
negeri ini sudah pasti harus siap dikritik, didemo bahkan dihujat. Akan selalu
ada kelompok yang pemikirannya berseberangan dengan pemerintah, itu sebuah
keniscayaan. Jadi tidak mungkin suara-suara sumbang itu dibungkam.
Apa benar
Indonesia sedang gelap?. Tentu jawabannya akan sesuai persepsi
masing-masing individu. Namun secara umum kita harus mengakui bila masih banyak
sisi gelap di negeri kita. Lihat saja kasus-kasus korupsi yang terkuak,
nilainya sungguh di luar nalar akal sehat kita. Bila yang terungkap begitu
banyak, bagaimana dengan yang lolos dan tidak diproses.
Sebagai
rakyat biasa saya cuma bisa berharap. Terang segera terbit mengikis pekatnya
gelap. Keadilan bisa tegak dan meruntuhkan semua kezaliman dan kejahatan orang-orang
yang tidak memiliki nurani. Mereka tega korupsi demi memeperkaya
diri di tengah kesulitan masyarakat. Semoga terang akan segera menjelang…#