Kamis, 20 Februari 2025

Refleksi Seratus Hari

 


Tagar Indonesia Gelap dan Kabur Aja Dulu menjadi trending di jagat maya kita akhir-akhir ini.  Apa iya keadaan yang kita hadapi saat ini benar-benar begitu suram sehingga kesannya tak ada lagi harapan. Atau semua hanya “gimmick” karena negeri kita sebenarnya sedang baik-baik saja.

Pemerintahan presiden terpilih dalam pemilu tahun 2024 kemarin baru saja melewati 100 hari kerjanya. Ada kelompok yang menilai kinerja pemerintah baru sudah sangat bagus. Ini dibuktikan dengan survei yang konon katanya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintah mencapai angka 80% .

Sementara kelompok yang lain menilai pemerintahan saat ini kinerjanya belum memuaskan. Hal ini bisa dilihat dari program-program kementerian yang berjalan belum efektif. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi andalan ketika kampanye tahun kemarin juga berjalan tersendat banyak menemui permasalahan.

Terlepas dari pihak yang puas dan tidak puas dengan kinerja pemerintah, alangkah bijaknya bila kita memberi kesempatan pemerintah sekarang bekerja. Tiga atau empat bulan terlalu singkat bila digunakan menilai berhasil atau gagalnya sebuah pemerintahan. Merubah dan memeperbaiki keadaan yang ada sekarang ini memerlukan waktu yang panjang.

Bagi mereka yang punya peluang memperbaiki nasib di luar negeri mungkin tidak sabar bila menunggu terjadinya perubahan sampai setahun, dua tahun atau bahkan lima tahun. Dan yang punya akses seperti mereka hanya kelompok kecil saja. Bagi kebanyakan masyarakat, pilihannya hanya bisa menunggu dan berharap keadaan akan segera membaik. Di sini saja, Indonesia tidak gelap, akan ada cahaya yang terang menyinari kita.

Kamis, 13 Februari 2025

Menyambut Bulan Mulia

 



Malam nanti adalah malam pertengahan bulan Sya'ban atau Nisfu Sya'ban. Artinya, bulan Ramadan 1446 Hijriyah akan segera tiba. Ramadan adalah bulan mulia penuh berkah yang harus disambut dengan gembira oleh seluruh umat Islam. Kaum Muslim di seluruh dunia sudah seharusnya menyambut kedatangannya dengan penuh semangat dan bahagia sebagai bentuk adab penghormatan pada bulan suci.

Menyambut Ramadan harus dengan gembira dan suka cita kemudian harus dibuktikan dengan mengisi bulan Ramadan yang akan datang dengan amalan-amalan sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw.

Mengapa kaum muslimin harus bahagia menyambut datangnya bulan suci Ramadan?. Karena Ramadan adalah bulan ampunan, bulan di mana amalan kebaikan dilipatkan sampai berkali-kali lipat. Dan Ramadan menjadi jembatan kita menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Sebagaimana difirmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 183: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Jangan sampai hati kita terbebani dengan datangnya Bulan Ramadan. Seakan-akan Ramadan bulan yang mengekang kesenangan. Sebaliknya Ramadan adalah bulan penuh berkah yang harus kita manfaatkan dengan peningkatan ibadah. Baik ibadah-ibadah mahdhoh maupun ibadah muamalah.

Kahabar gembira bagi yang senang dengan kehadiran bulan Ramadan dan bersungguh-sungguh menjalankan ibadah karena Allah. Bahwa dosa-dosa hamba tersebut akan diampuni oleh Allah. Seperti dalam sebuah hadits Nabi:

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan ihtisab (hanya mengharap ridha Allah), maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari).

Tentunya makna diampuninya dosa-dosa yang lalu adalah dosa yang tidak termasuk dosa besar, sebab dosa-dosa besar seperti membunuh, berzina, mabuk, durhaka kepada orang tua, sumpah palsu, dan lainnya hanya bisa dihilangkan dengan taubat nasuha, yakni dengan menyesali perbuatan itu, membencinya, dan tidak mengulanginya sama sekali kemudian mengganti semua amal keburukan dengan amal saleh.

Mari kita sambut Ramadan 1446 Hijriyah yang akan segera tiba. Kita siapkan badan dan ruhani kita. Menjalankan puasa Ramadan dengan bahagia karena itu merupakan panggilan khusus bagi orang-orang yang beriman. Kita rencanakan amal-amal ibadah sunah apa saja yang akan kita laksanakan. Dan jangan sampai Ramadan tahun ini berlalu begitu saja tanpa peningkatan amal ibadah.

Jumat, 07 Februari 2025

Menjaga Amalan Sunah

 



Ibadah maghdah yang diwajibkan bagi umat Islam sebenarnya tidak banyak. Shalat dalam sehari semalam hanya lima waktu, puasa wajib dalam satu tahun hanya dalam satu bulan, yakni pada bulan Ramadan. Sementara ibadah yang berkaitan dengan harta yang wajib hanyalah zakat.

Namun di luar yang wajib tadi banyak sekali ibadah-ibadah sunah yang sangat diutamakan untuk dikerjakan. Ada shalat sunah rawatib, shalat witir, shalat tahajjud, shalat tarawih dan masih banyak shalat-shalat sunah yang lain.

Puasa pun demikian, ada puasa enam hari di bulan Syawal, puasa yaumul bidh, puasa tanggal 10 di bulan Muharam, puasa Nabi Daud dan beberapa puasa sunah yang lain. Selain zakat kita juga disunahkan bersedekah jariyah, wakaf, infaq maupun hibah.

Sesudah memenuhi ibadah-ibadah yang wajib, selayaknya jangan sampai ketinggalan harus kita tambah dengan amalan sunah meski tidak banyak. Karena sesungguhnya ibadah sunah yang cintai Allah itu bukan terletak pada banyaknya namun lebih pada istiqomahnya.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (Surat Al-Ahqaf Ayat 13)

Istiqomah maknanya adalah; sikap teguh pendirian dan tidak berubah dalam melakukan beribadah. Maksudnya, ia menjadikan ibadah sunah tertentu seolah menjadi amalan wajib yang terus dia kerjakan. Atau dalam bahasa tasawuf menjadi wirid.

Amalan sunah yang di-wiridkan merupakan cara untuk menunjukkan kesungguhan dan keinginan hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam pelaksanaan ibadah wajib, masih memiliki banyak kekurangan. Di sinilah fungsi ibadah sunah, yaitu menyempurnakan atau menambal kekurangan yang terdapat dalam ibadah wajib.

Hendaklah kita bisa memilih, mana ibadah sunah yang kita istiqomahkan. Kemudian terus-menerus kita amalkan sebagai bentuk kekhususan. Dan ini sangat penting, sebagaiman dalam sebuah hadis qudsi, disebutkan;

Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi. “ (HR. Bukhari)

 

Refleksi Seratus Hari

  Tagar Indonesia Gelap dan Kabur Aja Dulu menjadi trending di jagat maya kita akhir-akhir ini.   Apa iya keadaan yang kita hadapi saat in...