Rabu, 23 Juli 2025

Antri dan Ketertiban Sosial

 



Benar-benar tragis. Tiga orang dilaporkan meninggal dunia dan 30 orang dilarikan ke rumah sakit karena diduga saling berdesakan ketika sesi makanan gratis. Peristiwa tersebut terjadi berawal dari warga yang berdesakan karena mengambil makanan gratis yang jumlahnya sekitar 5.000 paket makanan. Sedangkan massa yang datang hampir dua kali lipat dari jumlah ketersediaan makanan. (artikel detiknews)

Jatuhnya korban karena saling berdesakan sudah sering terjadi di negeri kita. Beberapa tahun yang lalu, ada beberapa korban terjadi diakibatkan saling berebut pembagian zakat. Berebut dan saling mendahului sering menimbulkan permasalahan di masyarakat kita.

Di negara-negara yang memiliki budaya antri, peristiwa jatuhnya korban karena berebut mungkin menjadi hal yang langka. Bangsa yang besar dapat dilihat dari hal-hal kecil, salah satunya cara mereka antri. Di negara-negara maju, budaya antri sudah melekat kuat; orang merasa malu jika memotong antrian. Sementara di beberapa tempat, budaya antri masih dianggap remeh sehingga memunculkan gesekan sosial.

Antri bukan sekadar berdiri dalam barisan. Antri adalah kesepakatan sosial bahwa setiap orang punya hak yang sama untuk dilayani sesuai urutan kedatangan. Tanpa antrian, pelayanan publik akan kacau, orang yang datang belakangan bisa seenaknya mendahului, dan ketidakadilan akan merajalela.

Kesimpulannya; antri bukan perkara yang remeh tapi memiliki peran besar bagi ketertiban sosial. Antri harus diajarkan kepada anak-anak kita sejak kecil. Kalau kita renungkan, sebenarnya kita tidak perlu khawatir kalau anak kita tidak pandai Matematika, tapi kita harus khawatir bila anak-anak kita tidak bisa antri.

 

 

Senin, 14 Juli 2025

Berkah Tim Nonunggulan

 



Siapa menduga PSG akhirnya gagal merengkuh juara pada perhelatan piala dunia antarklub. Sebelum partai final digelar, hampir semua pengamat bola memgunggulkan PSG akan keluar sebagai juara. Rupanya apa yang di atas kertas beda dengan yang terjadi di lapangan hijau.

PSG yang biasanya tampil seperti singa yang ganas, saat melawan Chelsea mereka kehilangan permainan terbaiknya. Justru Chelsea yang menjadi tim nonunggulan (underdog)  tampil dengan percaya diri dan deterimnasi yang tinggi.

Harapan PSG meraih gelar keempat tahun ini pupus di tangan Chelsea yang bermain tanpa cela. Cole Palmer menjadi bintang utama dengan dua gol cepat dalam delapan menit pertama. Berlanjut, Joao Pedro menambah keunggulan lewat gol cungkil ciamik yang memperdaya Donnarumma, sekaligus membawa Chelsea unggul telak 3-0 di babak pertama. Tidak ada gol lagi di babak kedua meski kedua tim saling serang.

Kekalahan di partai puncak semalam menjadi pukulan telak bagi PSG. Klub asal Prancis tersebut sebelumnya tampil luar biasa sepanjang musim, meraih gelar Ligue 1, piala domestik, dan Liga Champions. Trofi Piala Dunia Antarklub menjadi satu-satunya gelar yang belum berhasil mereka raih.

Kita bisa memetik pelajaran dari laga PSG versus Chelsea. Jangan percaya diri berlebihan ketika sedang diunggulkan. Sering terjadi tim nonunggulan mampu mengalahkan lawan favorit yang lebih superior. Tim yang tidak diunggulkan justru dapat mengejutkan lawan mereka. Strategi mereka mungkin kurang terprediksi, sehingga mengejutkan dan mampu mengeksploitasi kelemahan pesaing mereka. Bravo Chelsea…#

 

Sabtu, 05 Juli 2025

Perilaku Lebih Penting dari Pengetahuan

 



Zohran Mamdani politikus berdarah Uganda Afrika berhasil meraih nominasi Partai Demokrat untuk maju dalam pemilihan Wali Kota. Kemenangan tersebut menjadi langkah bersejarah bagi politisi berusia 33 tahun itu untuk menjadi Muslim Amerika pertama yang mencalonkan diri memimpin kota terbesar di Amerika Serikat, New York.

Mengapa seorang muslim bisa terpilih menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat non muslim. Jawabannya mungkin kompleks, tapi setidaknya kita bisa menganalisa fenomena Zohran Mamdani sebagai sesuatu yang wajar terjadi di masa kini. Dia dipilih karena perilaku dan jejaknya, masyarakat tidak melihat apa latar belakang pribadinya.

Fakta yang harus kita terima, perilaku Anda lebih penting dari pengetahuan Anda. Perilaku terkadang lebih diperhatikan daripada agama, suku, atau status pribadi seseorang. Memang kita melihat orang dengan lensa yang berbeda-beda, tapi yang menjadi penilaian tertinggi tentu saja akhlaqnya.

Kita tidak mengatakan bahwa pengetahuan dan status sosial yang tinggi dalam masyarakat itu tidak penting. Tapi pengetahuan dan status tinggi menjadi sia-sia belaka bila perilakunya tidak beradab. Seseorang akan lebih dihargai bila berperilaku mulia meski pengetahuannya biasa saja.

Masyarakat Amerika tentu jauh lebih realistis dalam memilih pemimpin. Mereka akan memilih politisi berdasarkan jejak panjang karier politiknya. Apa yang terjadi di sana mungkin suatu saat akan terjadi di mana-mana. Kontestasi memilih pemimpin bukan lagi berdasar pencitraan dan kekuatan uang.

Misi Berat Timnas Indonesia

  Pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 babak ke-4 zona Asia akan segera dihelat. Undian babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 su...