Seorang penjual buku di
kota Baghdad membiarkan buku-bukunya berada di luar toko ketika dia pergi ada
keperluan. Ketika ditanya oleh pelanggannya, apakah dia tidak takut kalau ada
orang yang mencuri bukunya, dengan santai dia menjawab; "Pembaca tidak
mencuri, pencuri tidak membaca." Ungkapan ini sebenarnya bukanlah
hukum mutlak, melainkan sebuah perenungan bahwa orang yang terbiasa membaca,
cenderung memiliki kesadaran moral yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang
jauh dari literasi.
Di tengah arus deras
kemajuan zaman, membaca sering kali terpinggirkan oleh budaya visual yang
instan. Padahal, membaca bukan hanya sekadar aktivitas menyerap informasi,
melainkan juga proses pembentukan watak dan cara pandang seseorang terhadap
dunia.
Membaca adalah
kegiatan yang mendekatkan manusia pada nilai-nilai, empati, dan pemahaman yang
lebih dalam terhadap kehidupan. Seorang pembaca memahami berbagai sudut
pandang, belajar dari kisah-kisah manusia, dan menyelami kompleksitas emosi
serta pilihan-pilihan etis. Dari sanalah lahir kepekaan moral dan sikap
menghargai hak orang lain. Pembaca tidak akan mudah mengambil sesuatu yang
bukan miliknya, karena ia tahu bahwa tindakan itu mencederai nilai keadilan
yang ia pelajari dari buku-buku yang dibacanya.
Sebaliknya, pencuri
adalah gambaran seseorang yang terbiasa mengambil jalan pintas, mengabaikan
norma, dan sering kali tumbuh dalam lingkungan minim literasi. Ini bukan soal
kecerdasan, tapi soal ketajaman nurani yang terasah lewat proses belajar,
termasuk lewat membaca. Seseorang yang hidup dalam kekeringan bacaan, cenderung
memiliki dunia yang sempit. Ketika wawasannya sempit, maka mudah baginya untuk
membenarkan tindakan yang salah demi kepentingan sesaat.
Tentu, tidak semua
pembaca adalah orang suci, dan tidak semua pencuri adalah orang yang tak pernah
membuka buku. Namun korelasi antara kebiasaan membaca dengan sikap hidup yang
lebih reflektif dan etis tidak bisa diabaikan. Membaca memperluas cakrawala dan
memperdalam rasa tanggung jawab sosial. Maka dari itu, masyarakat yang gemar
membaca cenderung lebih tertib, lebih sadar hukum, dan lebih toleran.
Ungkapan
"Pembaca tidak mencuri, pencuri tidak membaca" sejatinya adalah
seruan moral agar kita kembali memuliakan budaya membaca. Ia bukan hanya soal
meningkatkan angka literasi nasional, tapi juga membangun karakter bangsa. Di
balik setiap halaman yang dibaca, tersembunyi benih-benih kejujuran,
integritas, dan empati yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bersama.
Maka, marilah kita
menjadi bagian dari perubahan. Bukan hanya dengan membaca untuk diri sendiri,
tetapi juga dengan mengajak yang lain untuk mencintai buku. Karena dengan
membaca, kita tidak hanya menjauh dari tindak kejahatan, tetapi juga mendekat
pada kemanusiaan kita yang sesungguhnya.