Benar-benar tragis. Tiga orang dilaporkan meninggal dunia dan 30
orang dilarikan ke rumah sakit karena diduga saling berdesakan ketika sesi
makanan gratis. Peristiwa tersebut terjadi berawal dari warga yang
berdesakan karena mengambil makanan gratis yang jumlahnya sekitar 5.000 paket
makanan. Sedangkan massa yang datang hampir dua kali lipat dari jumlah
ketersediaan makanan. (artikel detiknews)
Jatuhnya korban karena saling berdesakan sudah sering terjadi di
negeri kita. Beberapa tahun yang lalu, ada beberapa korban terjadi diakibatkan
saling berebut pembagian zakat. Berebut dan saling mendahului sering
menimbulkan permasalahan di masyarakat kita.
Di negara-negara yang memiliki budaya antri, peristiwa jatuhnya
korban karena berebut mungkin menjadi hal yang langka. Bangsa yang besar dapat
dilihat dari hal-hal kecil, salah satunya cara mereka antri. Di negara-negara
maju, budaya antri sudah melekat kuat; orang merasa malu jika memotong antrian.
Sementara di beberapa tempat, budaya antri masih dianggap remeh sehingga
memunculkan gesekan sosial.
Antri bukan sekadar berdiri dalam barisan. Antri adalah
kesepakatan sosial bahwa setiap orang punya hak yang sama untuk dilayani sesuai
urutan kedatangan. Tanpa antrian, pelayanan publik akan kacau, orang yang
datang belakangan bisa seenaknya mendahului, dan ketidakadilan akan merajalela.
Kesimpulannya; antri bukan perkara yang remeh tapi memiliki peran
besar bagi ketertiban sosial. Antri harus diajarkan kepada anak-anak kita sejak
kecil. Kalau kita renungkan, sebenarnya kita tidak perlu khawatir kalau anak
kita tidak pandai Matematika, tapi kita harus khawatir bila anak-anak kita
tidak bisa antri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar