Sabtu, 02 Agustus 2025

Pembaca Tidak Mencuri, Pencuri Tidak Membaca

 



Seorang penjual buku di kota Baghdad membiarkan buku-bukunya berada di luar toko ketika dia pergi ada keperluan. Ketika ditanya oleh pelanggannya, apakah dia tidak takut kalau ada orang yang mencuri bukunya, dengan santai dia menjawab; "Pembaca tidak mencuri, pencuri tidak membaca." Ungkapan ini sebenarnya bukanlah hukum mutlak, melainkan sebuah perenungan bahwa orang yang terbiasa membaca, cenderung memiliki kesadaran moral yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang jauh dari literasi.

Di tengah arus deras kemajuan zaman, membaca sering kali terpinggirkan oleh budaya visual yang instan. Padahal, membaca bukan hanya sekadar aktivitas menyerap informasi, melainkan juga proses pembentukan watak dan cara pandang seseorang terhadap dunia.

Membaca adalah kegiatan yang mendekatkan manusia pada nilai-nilai, empati, dan pemahaman yang lebih dalam terhadap kehidupan. Seorang pembaca memahami berbagai sudut pandang, belajar dari kisah-kisah manusia, dan menyelami kompleksitas emosi serta pilihan-pilihan etis. Dari sanalah lahir kepekaan moral dan sikap menghargai hak orang lain. Pembaca tidak akan mudah mengambil sesuatu yang bukan miliknya, karena ia tahu bahwa tindakan itu mencederai nilai keadilan yang ia pelajari dari buku-buku yang dibacanya.

Sebaliknya, pencuri adalah gambaran seseorang yang terbiasa mengambil jalan pintas, mengabaikan norma, dan sering kali tumbuh dalam lingkungan minim literasi. Ini bukan soal kecerdasan, tapi soal ketajaman nurani yang terasah lewat proses belajar, termasuk lewat membaca. Seseorang yang hidup dalam kekeringan bacaan, cenderung memiliki dunia yang sempit. Ketika wawasannya sempit, maka mudah baginya untuk membenarkan tindakan yang salah demi kepentingan sesaat.

Tentu, tidak semua pembaca adalah orang suci, dan tidak semua pencuri adalah orang yang tak pernah membuka buku. Namun korelasi antara kebiasaan membaca dengan sikap hidup yang lebih reflektif dan etis tidak bisa diabaikan. Membaca memperluas cakrawala dan memperdalam rasa tanggung jawab sosial. Maka dari itu, masyarakat yang gemar membaca cenderung lebih tertib, lebih sadar hukum, dan lebih toleran.

Ungkapan "Pembaca tidak mencuri, pencuri tidak membaca" sejatinya adalah seruan moral agar kita kembali memuliakan budaya membaca. Ia bukan hanya soal meningkatkan angka literasi nasional, tapi juga membangun karakter bangsa. Di balik setiap halaman yang dibaca, tersembunyi benih-benih kejujuran, integritas, dan empati yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bersama.

Maka, marilah kita menjadi bagian dari perubahan. Bukan hanya dengan membaca untuk diri sendiri, tetapi juga dengan mengajak yang lain untuk mencintai buku. Karena dengan membaca, kita tidak hanya menjauh dari tindak kejahatan, tetapi juga mendekat pada kemanusiaan kita yang sesungguhnya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Misi Berat Timnas Indonesia

  Pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 babak ke-4 zona Asia akan segera dihelat. Undian babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 su...