Usianya mungkin baru sekitar sepuluh tahun, tapi tekad dan semangatnya
layak diapresiasi. Anak sekecil itu harus berjuang untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya sendiri. Di saat teman seusianya asyik bermain dan jajan, dia harus
keliling untuk jualan.
Hari ini saya mendapat pelajaran dari anak kecil penjual
nanas di pinggir jalan. Dengan sepeda dan kotak kecil di belakangnya dia
menyusur jalan kota. Dagangannya hanya beberapa bungkus nanas yang sudah
dikupas. Tertegun dan trenyuh begitu saya berpapasan dengannya. Rasa penasaran
membuat saya berbalik dan membeli barang dagangannya yang dijual sepuluh ribu
per bungkus.
Iba dan sedih Ketika saya bercakap-cakap dengannya.
Ternyata sejak kelas dua sekolah dasar dia sudah berdagang membantu ibunya.
Seberat-beratnya beban ekonomi yang keluarga kami alami dulu, terasa masih
ringan bila saya bandingkan dengan anak penjual nanas ini. Di saat saya seusia
dengan dia saya belum mengenal bekerja. Yang saya tahu hanya bermain dan
bersenang-senang.
Tempaan hidup yang keras ternyata tidak menjadikan karakternya
keras pula. Saya terkesan dengan tutur katanya yang sopan dan lugu. Gesturnya
juga sopan dan murah senyum. Tidak berlebihan bila saya harus belajar banyak
dari anak kecil seperti dia.
Saya baru sadar lupa bertanya nama anak yang luar biasa
yang baru saya temui. Dalam hati saya berharap akan bertemu lagi dengannya. Di
tengah-tengah kehidupan anak muda yang semakin individualis dan acuh, ternyata
masih ada segelintir anak yang memiliki adab dan semangat. Di saat banyak yang
hidupnya hanya mengejar gengsi, masih ada yang percaya diri walaupun dalam
pandangan orang lain direndahkan. Tetap semangat nak….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar