Sudah menjadi hal yang jamak, anak-anak muda di
Tulungagung suka santai duduk di kedai atau warung kopi. Terkadang untuk
menghabiskan secangkir kopi para anak muda bisa duduk asyik “ngobrol” dengan
komunitas mereka selama berjam-jam. Tentunya kebanyakan juga dilengkapi dengan
kepulan asap rokok.
Meski kedai atau warung kopi di mana-mana ada, namun di
Tulungagung warung kopi memang memiliki perbedaan dengan tempat lain. Selain
jumlahnya yang banyak, warung kopi di Tulungagung memiliki fungsi yang
bermacam-macam.
Secara umum, warung kopi dapat dilihat sebagai tempat
untuk besosialisasi. Zaman dulu kakek dan nenek kita selalu menyempatkan diri
mengunjungi saudara maupun tetangga. Meski tidak ada keperluan yang penting,
biasanya mereka akan rutin datang untuk sekadar bercakap-cakap sambil minum
kopi.
Pergeseran budaya memang akan selalu terjadi dan terus
terjadi. Saat ini tidak ada lagi budaya ngopi dengan tetangga atau kerabat.
Yang lazim minum kopi ya di warung kopi. Warung kopi memberi kesempatan kepada
anggota-anggota sosial untuk berkumpul, berbicara, atau menghabiskan waktu,
baik secara individu atau dalam kelompok kecil.
Sebenarnya bagi komunitas pecinta literasi bisa juga
menjadikan warung kopi sebagai tempat berkreasi. Menulis, membaca, dan mencari
inspirasi sangat mungkin dilakukan di warung kopi. Terlebih saat ini, hampir
semua warung kopi sudah menyedikan fasilitas wifi gratis. Jadi, kapan
para pegiat literasi kumpul-kumpul di warung kopi?