Sabtu, 06 Juni 2020

MENYAMBUT FAJAR


Perjalanan kami belum sampai tujuan ketika waktu Subuh menjelang. Singgahlah kami di sebuah masjid yang elegan. Masjid yang cukup besar bersih dan rapi. Ketika memasuki masjid kami kagum melihat sandal yang ditata rapi, perihal yang membuat kami turut menata alas kaki kami menyesuaikan tatanan yang ada. Ketika hendak melaksanakan salat berjemaah saya heran melihat banyak anak yang ikut salat Subuh berjemaah. Usia mereka sekitar sepuluh sampai lima belas tahun, mungkin siswa MI atau MTs. Seandainya masjid yang kami singgahi berada di lingkungan sekolah atau pesantren mungkin akan wajar seperti itu, namun masjid itu adalah masjid yang berada di tengah pemukiman kota.

Rasa heran saya bertambah ketika selesai salat anak-anak yang berada di belakang shaf orang dewasa, tidak meninggalkan tempat hingga imam meyelesaikan dzikir dan doa setelah salat. Tentu kebiasaan yang sering saya lihat ketika salat selesai anak-anak akan segera pergi meninggalkan masjid. Setelah imam selesai membaca doa, saya melihat anak-anak tadi masih duduk dengan rapi, kemudian salah satu jemaah menghampiri mereka, satu persatu diberi uang satu lembar sepuluh ribuan, semua anak yang ikut salat mendapat. Padahal saya melihat jumlah anak yang mengikuti salat jemaah tidak sedikit. Saya tidak tahu apakah memberi bonus bagi anak yang ikut melaksanakan salat jemaah itu dilakukan setiap hari, karena saya baru sekali salat di masjid tadi.

Hal yang dilakukan oleh takmir masjid dengan memberi uang saku kepada anak-anak yang salat berjemaah tentu arahnya adalah pembiasaan jemaah yang ditanamkan ke generasi muda. Sekarang banyak kita lihat di media sosial gerakan yang serupa memotivasi jemaah untuk aktif memakmurkan masjid. Di Masjid Namira Lamongan misalnya, takmir memberi beasiswa bagi pelajar yang rajin salat berjemaah. Sebagai bukti disiapkan finger print di masjid yang setiap hari bisa difungsikan. Ada juga masjid yang menyiapkan menu sarapan pagi gratis bagi semua jemaah yang mengikuti salat Subuh. Cerita lain, ada seorang kepala daerah mengharuskan seluruh ASN pemerintah daerah setempat yang muslim untuk berjemaah salat Subuh di masjid.

         

Sebuah gerakan mulia, mengembalikan umat Islam ke masjid. Keutamaan salat jemaah melebihi beberapa derajat dari salat sendiri menjadi landasan gerakan memakmurkan masjid. Mengerjakan salat Subuh yang penuh dengan keistimewaan ini menjadi tahap krusial umat Islam untuk sanggup mendirikan salat wajib lima waktu secara sempurna dan dilaksanakan pada awal waktu secara berjemaah di masjid. Jelas, ketika sudah mampu melaksanakan salat Subuh di masjid, tentunya akan lebih mudah mengerjakan salat yang lain secara berjemaah. Dan kini gerakan berjemaah yang dipersuasikan banyak kalangan ini mulai menumbuhkan syiar Islam di mana-mana.


Kelebihan salat Subuh dibandingkan dengan salat fardu yang lain termaktub dalam Nash Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam surat Al-Isra’ ayat 79;

“dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan” (oleh malaikat).

Dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan, malaikat bergantian melihat manusia pada siang dan malam. Para malaikat itu bertemu pada saat salat Subuh dan salat Asar. Kemudian malaikat penjaga malam naik dan ditanya oleh Rabb mereka, dan Allah maha tahu keadaan hambanya. “Bagaimana kondisi hamba-hambaku ketika kau tinggalkan? Para malaikat menjawab, “Kami meninggalkan mereka dalam keadaan salat”.

Sementara dalam hadis lain juga disebutkan, mengerjakan salat Isya berjemaah pahalanya seperti mengerjakan salat separuh malam, sedangkan mengerjakan salat Subuh berjemaah pahalanya sama seperti mengerjakan salat sunah satu malam penuh. Sungguh keutamaan yang luar biasa. Salat sunah dua rakaat sebelum melaksanakan salat Subuh, bernilai lebih baik dari dunia dan seisinya, lalu bagaimana dengan nilai salat Subuh…?

Namun mengerjakan salat Subuh berjemaah di masjid adalah amalan yang tidak ringan Seperti apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam;

Tidaklah ada salat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi salat Subuh dan Isya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan datang (berjemaah) meskipun dengan merangkak." (HR. Bukhori. 657)

 

Sudah semestinya kita berlomba-lomba bisa melaksanakan salat Subuh berjemaah di masjid. Bukan hanya sekadar mengejar pahala semata namun karena kemuliaannya. Hamba Allah yang mendirikan salat Subuh berjemaah mendapat perlindangan dan jaminan dari Allah. Jaminan rezekinya hingga keselamatan dunia dan akhirat. Mendapat keberkahan waktu pagi sebagaimana didoakan oleh Rasulullah. Sementara dari segi sosial kemakmuran masjid berimbas juga bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar masjid. Toko dan warung makan mereka menjadi lebih banyak pengunjung. Banyaknya jemaah yang datang memakmurkan masjid secara langsung ikut andil menyejahterakan lingkungan sekitarnya (baarakna haulahu).

Fenomena masjid yang semakin ramai jemaah merupakan berita gembira bagi kita umat Islam. Sebagai tiang agama salat memiki nilai sangat fundamental. Ibadah salat bisa dijadikan parameter ibadah-ibadah mahdhah yang lain, ketika seorang hamba mampu menegakkan salat lima waktu dengan istiqamah, ibadah yang lain akan sejajar mengiringinya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat hadis;

 “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihitung dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah salatnya. Rabb kita ‘Azza wa Jalla berfirman kepada para malaikat-Nya, padahal Dia lebih mengetahui, “Periksalah salat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan salat sunnah?” Jikalau terdapat salat sunnahnya, Allah berfirman, “Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada salat wajib hamba-Ku itu dengan salat sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia akan dihitung dengan cara demikian.” (HR. Abu Daud)

6 komentar:

Menyongsong Peringatan Hari Buku Nasional

  Hari Buku Nasional diperingati setiap tanggal 17 Mei tiap tahunnya. Peringatan Hari Buku Nasional pertama kali dirayakan pada tahun 2002...