Dalam platform sosial media, Instagram, Facebook maupun Youtube bila kita mendapat “Like” tanda jempol, tentu sudah pasti akan membuat hati senang, hal sepele yang menggembirakan netizen. Sebaliknya kalau ada “Dislike” jempol terbalik pasti akan sedikit mengecewakan. Like or Dislike, suka atau tidak suka adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Masalah suka atau tidak suka itu urusan selera. Sebagaimana urusan memilih menu makan, tentu semua punya kriteria sendiri yang tidak mungkin selalu sama dengan selera orang lain.
Begitu pula hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sebaik apapun sikap dan akhlaq seseorang tetap saja akan ada orang yang tidak suka dengannya. Memilih teman pun sering berangkat dari rasa suka atau tidak suka. Terkadang tidak ada alasan yang menyebabkan seseorang tidak menyukai orang lain. Akan sulit menjelaskan dalih sikapnya itu. Ketika pada awalnya sudah didasari rasa suka semua akan berjalan selaras sejalan seiring, begitu sebaliknya.
Dalam bukunya “Umar Bin Khatab Sebuah Telaah Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa Itu”, Muhammad Husain Haekal mengisahkan di antara para sahabat Nabi ternyata ada beberapa cerita yang mengurai bagaimana hubungan di antara mereka ada juga yang didasari atas rasa suka atau tidak suka. Ketika masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar As-sidiq sahabat Umar Bin Khatab beberapa kali mengusulkan kepada Khalifah untuk memecat Khalid Bin Al-Walid dari jabatan panglima perang. Umar Bin Khatab tentu punya alasan kuat mengapa dia mengusulkan hal itu. Namun Khalifah Abu Bakar juga punya alasan kuat untuk tetap mempertahankan posisi Khalid Bin Al-Walid.
Ketika Khalifah Abu Bakar As-Sidiq wafat dan digantikan Umar Bin Khatab, keputusan pertama yang diambil Khalifah Umar Bin Khatab adalah memecat Khalid Bin Al-Walid dari jabatan panglima perang dan digantikan Abu Ubaidah Bin Jarrah. Sebuah keputusan yang sangat cepat bahkan ketika pemecatan itu terjadi Khalid Bin Al-Walid masih bertugas memimpin perang menghadapi pasukan Romawi. Keputusan Khalifah bukan bentuk kebencian namun karena alasan yang sangat fundamental. Dan pastinya ada juga alasan yang sifatnya sangat pribadi.
Dalam sejarah kita juga menemukan riwayat bila secara pribadi hubungan Abu Bakar As-Sidiq dengan Fatimah Az-Zahra tidak baik. Namun bila kita cermati ada hal yang menarik. Tidak baik bukan berarti saling membenci, namun sebatas tidak suka karena alasan yang sifatnya personal. Ketidaksukaan antara sahabat Nabi tidak menjadikan mereka kehilangan sifat adil mereka. Rasa tidak suka terhadap orang lain itu adalah hal yang lumrah selama tidak tumbuh menjadi rasa benci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar