Alkisah,
Nabi Isa pernah mengajak murid-muridnya ke sebuah goa. Kemudian beliau berkata,
"Masuklah kalian ke dalam gua, nanti ketika sampai di dalam, kalian boleh
mengambil sesuatu dari dalam sana. Namun bagi yang tidak mengambil apapun,
silakan saja. Dan ingat kamu tidak bisa kembali masuk setelah keluar”. Satu
persatu murid nabi Isa masuk ke dalam goa yang dalam dan gelap gulita. Semakin
ke dalam suasana semakin gelap tanpa sedikitpun sinar matahari yang mampu
menembus goa itu. Karena kondisi yang seperti itu seluruh murid Nabi Isa hanya
bisa meraba-raba apa yang ada dalam goa. Tangan-tangan mereka terasa menyentuh
tumpukan kerikil yang ada di lantai goa.
Ketika
hendak keluar, ada sebagian yang mengambil beberapa butir, satu genggam atau
lebih kemudian dimasukkan ke dalam saku. Sementara yang lain tidak membawa sama
sekali, pikirnya dalam hati, untuk apa membawa batu kerikil, di luar sana juga
banyak kerikil. Dan, ketika sudah sampai di luar, Nabi Isa bertanya,
"Bagaimana keadaan di dalam sana?". "Di dalam sangat gelap wahai
Nabi Isa" jawab salah satu muridnya. "Kemudian apa yang kalian bawa
dari dalam goa, coba perlihatkanlah ke saya?" Satu demi satu murid Nabi
Isa mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, dan betapa terkejutnya ketika
mengetahui bahwa yang dibawa dari dalam goa adalah butiran permata yang
indah,....
Semua
murid Nabi Isa merasa menyesal. Yang membawa mutiara dalam jumlah banyak
menyesal, mengapa tidak membawa lebih banyak, karena sebenarnya tadi bisa
membawa lebih dari yang dia bawa. Bagi yang hanya membawa sedikit sangat
menyesal, mengapa cuma membawa sedikit. Apalagi yang tidak membawa sama sekali,
amat sangat menyesal.
Kisah
tadi sebenarnya menjelaskan gambaran kehidupan di akhirat nanti. Semua akan
menyesal tentang amal perbuatannya di dunia. Bahkan orang-orang salih pun
menyesal, mengapa waktu di dunia tidak beribadah lebih banyak. Bila pahala sekali
sujud sebesar itu, seharusnya dulu memperbanyak sujud waktu di dunia. Bila
mengetahui besarnya ganjaran sedekah, mengapa dulu tidak lebih banyak lagi
sedekahnya. Apalagi bagi orang yang sedikit amal kebaikannya.
Kesempatan
hidup di dunia hanya sekali. Dan kita tidak pernah tahu batasan waktu diberikan
Allah. Bisa jadi panjang, dan juga bisa tidak sepanjang harapan kita. Tapi,
bukankah sepanjang apapun usia tetap ada batasnya. Banyak kita terlena dengan
kesempatan yang diberikan. Merasa masih lama waktu yang tersisa, padahal apa
yang terjadi besok pun kita tidak pernah bisa memastikan.
Yaa Alloh... Smbhnuwun ustadz...ilmunya
BalasHapusDumawah sami-sami pak nur
BalasHapus