MENULIS
SURAT
Kapan
kira-kira terakhir menulis dan mengirim surat? Maksudnya surat pribadi bukan
surat dinas. Bukan pula semisal surat menyurat administrasi perkantoran. Kemungkinan
jawabannya hampir sama. “Sudah lama sekali tidak menulis surat”. Dulu, ketika
belum ada Handphone, di saat komunikasi tidak semudah sekarang ini menulis
surat adalah hal yang lazim. Pada zamanya surat masih menjadi pilihan media
komunikasi jarak jauh. Anak-anak banyak yang memiliki sahabat pena, menjalin
pertemanan dengan orang-orang yang jauh hanya dengan saling kirim surat. Generasi
remaja era 90-an tentu masih akrab dengan surat menyurat. Biasanya untuk mengungkapkan
ketertarikan pada seseorang akan mengirimkan surat yang dirangkai dengan bahasa
seindah-indahnya bagai sebuah melodi. Begitulah romantisme anak-anak muda masa
lalu. Hati girang ketika menerima surat yang biasanya diantar lewat kurir teman
sendiri. Ya, tentu menjadi lucu kalau memberi surat diantar sendiri.
Tapi
kini semua telah jauh berubah. Surat menyurat sudah menjadi cerita usang. Seiring
dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat surat tidak lagi
menjadi pilihan sarana komunikasi. Surat dianggap tidak lagi efektif untuk
sarana komunikasi. Menyampaikan pesan cukup dengan mengetik pesan yang pendek,
atau meninggalkan pesan suara, bahkan sekarang mampu berbicara dengan
menampilkan gambar sekaligus. Bagaimana surat tidak tergilas dengan semua itu. Kini
anak era milenial tidak mengenal sama sekali surat menyurat. Pantaslah ketika
tidak masuk sekolah tidak bisa membuat surat izin
Memang
benar bila ditinjau dari kebutuhan informasi yang serba cepat, surat memang tidak
efektif lagi. Namun ditinjau dari sudut budaya menulis, surat memiliki peran
penting dalam pengembangan literasi. Berkorespondensi menjadikan terampil
menulis sehingga membuahkan karya tulis yang tertata indah yang bisa dinikmati oleh
pembacanya. Menulis surat adalah praktik membuat karya tulis. Menulis surat
lebih mirip membuat karangan atau membuat puisi. Kumpulan surat RA.Kartini
menjadi sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah bukti sahih bahwa
menulis surat adalah bagian dari kegiatan sastra. Menulis surat memerlukan rakitan
kata indah dan menyentuh hati. Tulisan yang tersusun indah menjadi sebuah karya
yang begitu berharga. Isinya bisa narasi panjang pengalaman penulisnya, tak
jarang seseorang menggambarkan sebuah suasana dengan sangat detail dalam surat
yang ditulisnya. Bagaimana dia menceritakan rumah tempat tinggalnya atau alam
indah di desanya, itu sama artinya dia sedang membuat karangan deskripsi.
Sudah
pasti menulis surat memiliki banyak manfaat. Bahkan, Baginda Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam teladan kita, menjadikan surat sebagai media
dakwah. Beliau melakukan korespondensi dengan beberapa raja dan amir. Beliau
pernah mengirim surat kepada Najasi, Raja Habasyah, Mauqauqis Raja Mesir, Kisra
Raja Persia dan Qaishar Raja Romawi. Beberapa raja yang mendapat surat dari
Nabi menyatakan ke-Islamannya. Ini menunjukkan bahwa surat memiliki peran yang
penting dalam sejarah dakwah Islam.
Kapan kira-kira terakhir menulis dan mengirim surat? Maksudnya surat pribadi bukan surat dinas. Bukan pula semisal surat menyurat administrasi perkantoran. Kemungkinan jawabannya hampir sama. “Sudah lama sekali tidak menulis surat”. Dulu, ketika belum ada Handphone, di saat komunikasi tidak semudah sekarang ini menulis surat adalah hal yang lazim. Pada zamanya surat masih menjadi pilihan media komunikasi jarak jauh. Anak-anak banyak yang memiliki sahabat pena, menjalin pertemanan dengan orang-orang yang jauh hanya dengan saling kirim surat.
Generasi remaja era 90-an tentu masih akrab dengan surat menyurat. Biasanya untuk mengungkapkan ketertarikan pada seseorang akan mengirimkan surat yang dirangkai dengan bahasa seindah-indahnya bagai sebuah melodi. Begitulah romantisme anak-anak muda masa lalu. Hati girang ketika menerima surat yang biasanya diantar lewat kurir teman sendiri. Ya, tentu menjadi lucu kalau memberi surat diantar sendiri.
Tapi kini semua telah jauh berubah. Surat menyurat sudah menjadi cerita usang. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat surat tidak lagi menjadi pilihan sarana komunikasi. Surat dianggap tidak lagi efektif untuk sarana komunikasi. Menyampaikan pesan cukup dengan mengetik pesan yang pendek, atau meninggalkan pesan suara, bahkan sekarang mampu berbicara dengan menampilkan gambar sekaligus. Bagaimana surat tidak tergilas dengan semua itu. Kini anak era milenial tidak mengenal sama sekali surat menyurat. Pantaslah ketika tidak masuk sekolah tidak bisa membuat surat izin
Memang benar bila ditinjau dari kebutuhan informasi yang serba cepat, surat memang tidak efektif lagi. Namun ditinjau dari sudut budaya menulis, surat memiliki peran penting dalam pengembangan literasi. Berkorespondensi menjadikan terampil menulis sehingga membuahkan karya tulis yang tertata indah yang bisa dinikmati oleh pembacanya. Menulis surat adalah praktik membuat karya tulis. Menulis surat lebih mirip membuat karangan atau membuat puisi. Kumpulan surat RA.Kartini menjadi sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah bukti sahih bahwa menulis surat adalah bagian dari kegiatan sastra. Menulis surat memerlukan rakitan kata indah dan menyentuh hati. Tulisan yang tersusun indah menjadi sebuah karya yang begitu berharga. Isinya bisa narasi panjang pengalaman penulisnya, tak jarang seseorang menggambarkan sebuah suasana dengan sangat detail dalam surat yang ditulisnya. Bagaimana dia menceritakan rumah tempat tinggalnya atau alam indah di desanya, itu sama artinya dia sedang membuat karangan deskripsi.
Sudah pasti menulis surat memiliki banyak manfaat. Bahkan, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam teladan kita, menjadikan surat sebagai media dakwah. Beliau melakukan korespondensi dengan beberapa raja dan amir. Beliau pernah mengirim surat kepada Najasi, Raja Habasyah, Mauqauqis Raja Mesir, Kisra Raja Persia dan Qaishar Raja Romawi. Beberapa raja yang mendapat surat dari Nabi menyatakan ke-Islamannya. Ini menunjukkan bahwa surat memiliki peran yang penting dalam sejarah dakwah Islam.
MENULIS
SURAT
Kapan
kira-kira terakhir menulis dan mengirim surat? Maksudnya surat pribadi bukan
surat dinas. Bukan pula semisal surat menyurat administrasi perkantoran. Kemungkinan
jawabannya hampir sama. “Sudah lama sekali tidak menulis surat”. Dulu, ketika
belum ada Handphone, di saat komunikasi tidak semudah sekarang ini menulis
surat adalah hal yang lazim. Pada zamanya surat masih menjadi pilihan media
komunikasi jarak jauh. Anak-anak banyak yang memiliki sahabat pena, menjalin
pertemanan dengan orang-orang yang jauh hanya dengan saling kirim surat. Generasi
remaja era 90-an tentu masih akrab dengan surat menyurat. Biasanya untuk mengungkapkan
ketertarikan pada seseorang akan mengirimkan surat yang dirangkai dengan bahasa
seindah-indahnya bagai sebuah melodi. Begitulah romantisme anak-anak muda masa
lalu. Hati girang ketika menerima surat yang biasanya diantar lewat kurir teman
sendiri. Ya, tentu menjadi lucu kalau memberi surat diantar sendiri.
Tapi
kini semua telah jauh berubah. Surat menyurat sudah menjadi cerita usang. Seiring
dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat surat tidak lagi
menjadi pilihan sarana komunikasi. Surat dianggap tidak lagi efektif untuk
sarana komunikasi. Menyampaikan pesan cukup dengan mengetik pesan yang pendek,
atau meninggalkan pesan suara, bahkan sekarang mampu berbicara dengan
menampilkan gambar sekaligus. Bagaimana surat tidak tergilas dengan semua itu. Kini
anak era milenial tidak mengenal sama sekali surat menyurat. Pantaslah ketika
tidak masuk sekolah tidak bisa membuat surat izin
Memang
benar bila ditinjau dari kebutuhan informasi yang serba cepat, surat memang tidak
efektif lagi. Namun ditinjau dari sudut budaya menulis, surat memiliki peran
penting dalam pengembangan literasi. Berkorespondensi menjadikan terampil
menulis sehingga membuahkan karya tulis yang tertata indah yang bisa dinikmati oleh
pembacanya. Menulis surat adalah praktik membuat karya tulis. Menulis surat
lebih mirip membuat karangan atau membuat puisi. Kumpulan surat RA.Kartini
menjadi sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah bukti sahih bahwa
menulis surat adalah bagian dari kegiatan sastra. Menulis surat memerlukan rakitan
kata indah dan menyentuh hati. Tulisan yang tersusun indah menjadi sebuah karya
yang begitu berharga. Isinya bisa narasi panjang pengalaman penulisnya, tak
jarang seseorang menggambarkan sebuah suasana dengan sangat detail dalam surat
yang ditulisnya. Bagaimana dia menceritakan rumah tempat tinggalnya atau alam
indah di desanya, itu sama artinya dia sedang membuat karangan deskripsi.
Sudah
pasti menulis surat memiliki banyak manfaat. Bahkan, Baginda Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam teladan kita, menjadikan surat sebagai media
dakwah. Beliau melakukan korespondensi dengan beberapa raja dan amir. Beliau
pernah mengirim surat kepada Najasi, Raja Habasyah, Mauqauqis Raja Mesir, Kisra
Raja Persia dan Qaishar Raja Romawi. Beberapa raja yang mendapat surat dari
Nabi menyatakan ke-Islamannya. Ini menunjukkan bahwa surat memiliki peran yang
penting dalam sejarah dakwah Islam.
MENULIS
SURAT
Kapan
kira-kira terakhir menulis dan mengirim surat? Maksudnya surat pribadi bukan
surat dinas. Bukan pula semisal surat menyurat administrasi perkantoran. Kemungkinan
jawabannya hampir sama. “Sudah lama sekali tidak menulis surat”. Dulu, ketika
belum ada Handphone, di saat komunikasi tidak semudah sekarang ini menulis
surat adalah hal yang lazim. Pada zamanya surat masih menjadi pilihan media
komunikasi jarak jauh. Anak-anak banyak yang memiliki sahabat pena, menjalin
pertemanan dengan orang-orang yang jauh hanya dengan saling kirim surat. Generasi
remaja era 90-an tentu masih akrab dengan surat menyurat. Biasanya untuk mengungkapkan
ketertarikan pada seseorang akan mengirimkan surat yang dirangkai dengan bahasa
seindah-indahnya bagai sebuah melodi. Begitulah romantisme anak-anak muda masa
lalu. Hati girang ketika menerima surat yang biasanya diantar lewat kurir teman
sendiri. Ya, tentu menjadi lucu kalau memberi surat diantar sendiri.
Tapi
kini semua telah jauh berubah. Surat menyurat sudah menjadi cerita usang. Seiring
dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat surat tidak lagi
menjadi pilihan sarana komunikasi. Surat dianggap tidak lagi efektif untuk
sarana komunikasi. Menyampaikan pesan cukup dengan mengetik pesan yang pendek,
atau meninggalkan pesan suara, bahkan sekarang mampu berbicara dengan
menampilkan gambar sekaligus. Bagaimana surat tidak tergilas dengan semua itu. Kini
anak era milenial tidak mengenal sama sekali surat menyurat. Pantaslah ketika
tidak masuk sekolah tidak bisa membuat surat izin
Memang
benar bila ditinjau dari kebutuhan informasi yang serba cepat, surat memang tidak
efektif lagi. Namun ditinjau dari sudut budaya menulis, surat memiliki peran
penting dalam pengembangan literasi. Berkorespondensi menjadikan terampil
menulis sehingga membuahkan karya tulis yang tertata indah yang bisa dinikmati oleh
pembacanya. Menulis surat adalah praktik membuat karya tulis. Menulis surat
lebih mirip membuat karangan atau membuat puisi. Kumpulan surat RA.Kartini
menjadi sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah bukti sahih bahwa
menulis surat adalah bagian dari kegiatan sastra. Menulis surat memerlukan rakitan
kata indah dan menyentuh hati. Tulisan yang tersusun indah menjadi sebuah karya
yang begitu berharga. Isinya bisa narasi panjang pengalaman penulisnya, tak
jarang seseorang menggambarkan sebuah suasana dengan sangat detail dalam surat
yang ditulisnya. Bagaimana dia menceritakan rumah tempat tinggalnya atau alam
indah di desanya, itu sama artinya dia sedang membuat karangan deskripsi.
Sudah
pasti menulis surat memiliki banyak manfaat. Bahkan, Baginda Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam teladan kita, menjadikan surat sebagai media
dakwah. Beliau melakukan korespondensi dengan beberapa raja dan amir. Beliau
pernah mengirim surat kepada Najasi, Raja Habasyah, Mauqauqis Raja Mesir, Kisra
Raja Persia dan Qaishar Raja Romawi. Beberapa raja yang mendapat surat dari
Nabi menyatakan ke-Islamannya. Ini menunjukkan bahwa surat memiliki peran yang
penting dalam sejarah dakwah Islam.
Surat baginda Rosululloh saw menunjukkan bahwa Rosululloh tidak ummi.. iyakan?
BalasHapusAda pendapat yang menyebutkan beliau ummi ketika belum menjadi rasul. Pendapat kedua beliau ummi, tetapi ada sahabat beliau yang membantu sebagai juru tulis.
BalasHapusP. Pri ngelengne zaman 90 an, Benar surat waktu saya PGA Punya peran penting, surat yang ditujukan lewat alamat sekolah waktu itu dipajang dijendela TU, dapat surat kondang.Dan jad bahan gojlokane teman.
BalasHapusNggih bu..banyak pengalaman yang sama
BalasHapus