Para motivator sering menggunakan kisah katak tuli untuk membangkitkan orang untuk meraih semua harapan dan mimpinya. Cerita yang sudah banyak dikenal dan sepertinya kebanyakan kita juga sering mendengarnya.
Konon di “dunia katak” pernah ada sayembara, siapa yang bisa menaiki bangunan (semacam menara) paling tinggi, dialah pemenangnya dan berhak mendapat hadiah besar dari sang raja katak. Beratus ekor katak ikut sayembara, dan ternyata yang berhasil mencapai puncak menara adalah katak tuli. Rupanya karena tuli, dia tidak mendengar segala cacian dari peserta lain yang ingin menjatuhkan mentalnya. Dia tetap fokus dengan tujuan awal yang ingin diraihnya. Sementara katak normal sering terganggu dengan "nyinyiran" dari kanan dan kirinya. Sering terbawa emosi karena komentar buruk dari pesaingnya, yang sebenarnya tujuannya adalah melihat dia jatuh dan gagal dalam kompetisi.
Sepertinya masa kini "identik" dengan dunia zaman katak mengikuti sayembara. Kita hidup di tengah persaingan yang ketat. Semua orang ingin meraih targetnya. Dan seringkali untuk meraih tujuannya mereka menjegal teman sendiri, menginjak saudaranya dan menggunakan segala cara untuk melapangkan jalannya. Yang terpenting adalah mencapai tujuannya sendiri, bagaimana nasib orang lain ia tidak akan pernah peduli.
Menutup telinga dari segala ujaran kebencian, caci maki dan sumpah serapah sepertinya lebih tepat daripada membalas dengan tindakan yang serupa. Bagi sahabat-sahabat yang aktif di dunia maya (media sosial) lebih bijak bila tidak terjebak dalam perang opini. Kita jadikan dunia medsos sebagai bahan lucu-lucuan ringan saja.
Nyatanya banyak yang garang di media sosial ternyata seorang pengecut di dunia nyata. Mereka tipe orang bermulut besar tapi bernyali kecil. Buktinya hanya berani mengumpat dan berkata kotor di media sosial, tapi tidak muncul keberaniannya saat bertemu langsung. Sungguh, sudah masanya kita benar-benar berada di dunia yang penuh dengan kepalsuan.
Sll suka tulisan p Pri....
BalasHapusTerima kasih bu...
BalasHapus