Bila kita pelajari sejarah para nabi, maka kita akan menemukan banyak fakta bahwa masa kecil para Nabi dan Rasul penuh dengan cerita duka dan beratnya ujian hidup yang mereka alami di saat usia masih belia.
Nabi Musa, masa kecilnya (ketika baru lahir) harus terpisah dengan ibu tercinta. Ibunya harus merelakan Musa kecil dihanyutkan di sungai Nil demi untuk menyelamatkannya dari ancaman pembunuhan tentara Fir’aun. Di saat dia membutuhkan kasih kasang sang ibunda justru dia hidup jauh darinya. Selepas menghanyutkan Musa ke Sungai Nil, hati ibu Musa menjadi kosong, lupa daratan kepada semua perkara duniawi kecuali hanya ingat kepada Musa saja, bayinya yang tersayang.
Nabi Ismail mengalami masa kecil yang berat pula. Di saat belum mampu berjalan, dia harus ditinggalkan oleh ayahandanya Nabi Ibrahim, hanya bersama ibunya Hajar. Di tempat yang gersang, dan hanya dibekali sedikit makanan saja. Setelah berada di atas lembah, Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya. Sebuah riwayat juga menceritakan bahwa Ibrahim tak menoleh sekali pun kepada Siti Hajar meski wanita tersebut menangis dan terus memanggil namanya. Semakin jauh Ibrahim meninggalkannya, Siti Hajar lalu mengejar suaminya dan mengatakan, "Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu untuk melakukan ini?." "Benar" jawab Ibrahim. "Kalau Allah yang memerintahkan demikian ini, niscaya Dia tidak akan menyia-nyiakan kami," ungkap Siti Hajar.
Nabi Isa pun mengalami masa kecil yang begitu berat. Dia lahir tanpa ayah. Ibunya yang suci dituduh sebagai pezina dan dicaci-maki dan diperlakukan tidak pantas oleh kaumnya. Karena menghindari gunjingan masyarakat ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Tatkala rasa sakit akan melahirkan tiba, memaksa Maryam (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata, "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.” Itu bisa menggambarkan betapa berat apa yang di alami Isa kecil dan Ibunya, Maryam.
Nabi Yusuf pun demikian sedih masa kecilnya. Dia disingkirkan oleh saudaranya sendiri. Dibuang dalam sumur, kemudian diambil orang dan dijadikan budak. Tidak sampai di situ, dia juga juga merasakan difitnah dan dipenjara. Dan yang terakhir, Nabi kita yang mulia, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga mengalami pedihnya masa kecil. Terlahir sebagai yatim dan menjadi yatim piatu di saat usia masih lima tahun. Pernah dibesarkan oleh ibu susuan di kampung yang jauh dari keluarga. Dan berbagai kisah yang memilukan hati pernah beliau alami ketika masih usia belia.
Hikmah dari sejarah para Anbiya’ yang harus menjalani beban dan ujian hidup yang berat adalah melepas ketergantungan selain Allah. Para Nabi yang merupakan manusia pilihan telah menjalani “tarbiyah” langsung dari Allah sejak kecilnya. Mereka tidak pernah menyandarkan hidup dan mengeluh kepada sesama manusia, namun hanya murni kepada Allah. Dan inilah ibrahnya bagi kita. Di saat-saat menghadapi beratnya ujian hidup, mestinya kita hanya mengeluh pada Allah pemilik hidup kita. Karena mengeluh kepada sesama manusia hakekatnya tiada gunanya.
Betul. Jangan mudah mengeluh. Mudah ditulis tapi sulit dipraktikkan.
BalasHapusHe..he.. betul sekali..
BalasHapus