Badai belum berlalu. Kita masih dalam situasi yang sulit. Benar, secara umum kondisi kita hari tidak sedang dalam situasi "yang baik-baik saja". Kita memahami segala upaya telah dilakukan dengan mengerahkan segenap potensi yang ada. Tapi hingga kini, kita belum melihat ada tanda semua krisis akan berakhir.
Jangan terlalu mengandalkan kemampuanmu, karena sebenarnya kemampuanmu itu tidak seberapa. Jangan bergantung pada kepandaianmu, karena kepandaianmu itu sangat terbatas. Panca indera kita, mata, telinga, pendengaran dan yang lainnya juga sering salah merespon terhadap obyek. Nyatanya memang tidak ada manusia yang super di dunia ini, kalaupun ada itu hanya cerita fiksi untuk hiburan saja.
Lalu,
bila kita manusia biasa mengapa kita sering merasa serba-bisa. Segala hal berusaha kita
tangani dengan mengandalkan kemampuan yang merasa dimiliki. Kita sering lupa
bahwa ada kekuatan yang “Maha” segalanya. Namun sering kita tidak mengingta-Nya, di saat kita sudah mengalami kebuntuan jalan keluar, barulah meminta pertolongan-Nya.
Katanya
kita negara Pancasila dan seharusnya itu bukan slogan belaka. Sila kesatu adalah
ketuhanan yang maha esa. Tentu dalam praktik kehidupan sehari-hari, seharusnya kita
meletakkan Tuhan di atas segalanya. Namun dalam kenyataan tuhan jarang kita
libatkan dalam segala urusan. Tuhan hanya bersemayam di tempat-tempat ibadah.
Tuhan seolah hanya mantra-mantra suci yang tidak boleh terlibat dalam bidang ekonomi,
sosial budaya dan politik. Tuhan dianggap sebatas urusan pribadi.
Kita merindukan para pemimpin kita sadar dengan sepenuhnya. Kita adalah bangsa bertuhan, namun kita sering mengabaikan ajaran agama. Sebagai rakyat kita tidak menuntut melebihi kewajaran, karena kita juga sadar mereka juga manusia biasa. Hanya satu hal, memimpinlah dengan jujur. Jangan kau hianati amanah yang kami titipkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar