Dalam sebuah riwayat Imam al-Ghazali menyampaikan enam nasihat. Pertama, jika berjumpa dengan anak-anak, anggaplah bahwa anak-anak tersebut lebih mulia daripada kita karena mereka belum banyak melakukan dosa. Kedua, apabila bertemu dengan orang tua, anggaplah ia lebih mulia daripada kita karena dia sudah lama beribadah. Ini selaras dengan hadits Nabi; “Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR. at-Tirmidzi)
Ketiga, jika berjumpa dengan orang alim, anggaplah dia lebih mulia daripada kita karena mereka telah mempelajari dan mengetahui banyak ilmu. Keempat, jika melihat orang bodoh, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita karena mereka melakukan dosa dalam kebodohan, sedangkan kita melakukan dosa dalam keadaan mengetahui.
Kelima, apabila melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia karena mungkin suatu hari nanti dia akan bertobat atas kesalahannya. Keenam, apabila bertemu dengan orang kafir, katakan di dalam hati bahwa mungkin suatu hari nanti mereka akan mendapatkan hidayah dan memeluk Islam sehingga segala dosa mereka akan diampuni oleh Allah.
Tidak ada peluang dalam diri kita untuk merasa baik atau lebih baik dari orang. Karena hakikat kemuliaan cuma Allah yang mengetahui. Ibarat sesama anak sekolah, kita tidak mungkin memberi rapot kepada teman kita. Karena tentu itu perbuatan yang nyata keliru.
Intropeksi diri dan selalu merasa memiliki banyak kekurangan akan menyelamatkan kita dari menganggap orang lain hina. Dan yang pasti dengan selalu meneliti kekurangan diri sendiri, kita tidak memiliki waktu lagi untuk mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar