Sudah tabiat manusia, selalu banyak kata banyak bicara. Di masa media sosial muncul sebagai panggung yang gemerlap, banyak muncul bintang-bintang yang tampil dengan memukau. Mereka tampil dengan kata-kata yang luar biasa. Tak hanya itu, penampilan pun tampak menarik dan berkelas. Namun hakikatnya semua hanya topeng belaka.
Dalam kehidupan nyata mereka tak sebaik dengan apa yang dikatakannya. Mereka adalah orang-orang yang bermulut manis dan pandai mencari simpati. Kata dan lakunya sebenarnya jauh berbeda. Apa yang di mulut dengan apa yang dilakukan jauh panggang daripada api. Dan inilah fakta yang sedang kita hadapi.
Banyak serigala yang berbulu domba. Banyak orang yang sebenarnya hatinya jahat, namun penampilan dipoles sedemikian rupa sehingga yang tampak adalah pribadi yang sempurna. Mereka lebih jahat dari penjahat yang sebenarnya. Seorang penjahat terkadang masih punya kejujuran, mereka jahat tapi mereka mengakui kejahatannya. Sedangkan para serigala berbulu domba, mereka jahat tapi selalu merasa menjadi orang yang baik, inilah kepalsuan.
Seorang yang mengambil harta orang lain dengan cara memaksa adalah tindakan keji. Itu adalah perampokan. Namun seorang pejabat yang disumpah dengan nama tuhannya, namun masih tega korupsi itu lebih keji. Korbannya bukan cuma satu orang, namun ribuan atau bahkan lebih. Ini bukan cerita atau dongeng belaka. Berapa banyak pejabat yang tidak amanah dengan kewenangan yang dimilikinya. Yang lebih memprihatinkan mereka tega mengambil hak orang-orang lemah di saat kondisi sulit.
Jangan mudah terpesona dengan indahnya kata. Tapi lihat kesesuain dengan tindak lakunya. Kata-kata sering meluncur tanpa rasa, tanpa kejujuran dan tanpa makna. Seribu kata satu bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar