Khalifah Ali Bin Abu Thalib pernah menyampaikan nasihat kepada para sahabatnya; “Dua jenis manusia yang tak akan merasa kenyang selama-lamanya, pencari ilmu dan pencari harta. Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan, tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan".
Gila harta ujung-ujungnya menjadi manusia yang bakhil, sementara cinta ilmu maka akan menjadi alim. Pemuja harta biasanya merasa aman bila hartanya semakin banyak. Padahal harta yang banyak justru menjadikan jiwa manusia terikat. Ketenangan hidupnya terenggut, dan kepedulian sosialnya semakin berkurang.
Menumpuk harta tidak menjadikan hidup manusia kekal. Sering terjadi banyaknya harta yang ditinggalkan justru menjadi sumber petaka bagi para ahli warisnya. Seperti itulah sejarah panjang manusia mencatat. Berbeda dengan ilmu. Belum pernah ada sengketa keluarga karena rebutan ilmu yang ditinggalkan oleh para pendahulu mereka. Karena ilmu bisa “dibagi rata” oleh berapa pun jumlah manusia.
Mengejar harta tidak menjadikan ilmu serta-merta didapatkan. Sedangkan menuntut ilmu, harta sering ikut menjadi bonusnya. Seperti kisah Nabi Sulaiman yang lebih memilih Ilmu daripda harta. Pada akhirnya harta dan tahta juga dianugerahkan Allah kepadanya.
Memiliki harta tidak tercela. Tapi mencintainya melebihi kewajaran akan menjadikan manusia hina. Harta hanya sebuah sarana sebagaimana layaknya ilmu. Apakah ia mampu mendekatkan pemiliknya kepada Allah, atau justru semakin menjauhkan hamba dari rida-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar