Setiap orang adalah pemimpin. Dari unit yang terkecil sampai yang tertinggi mesti ada yang memimpin. Sebuah keluarga dipimpin oleh kepala keluarganya, lingkungan kita juga memiliki ketua RT maupun RW. Andaikan seseorang tidak menjadi pemimpin bagi orang lain, tetap saja ia menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.
Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Semakin tinggi level kepemimpinan maka semakin besar pula tanggung jawabnya. Kata mendiang Nelson Mandela, seorang pemimpin seperti gembala. Dia tetap berada di belakang kawanan, membiarkan yang paling lincah ke depan, dimana yang lain mengikuti, tapi mereka tidak menyadari bahwa selama ini mereka sedang dibimbing dari belakang.
Pemimpin harus memberi kebebasan orang yang dipimpin untuk berkreasi dan berkarya. Menjadi pemimpin tidak harus membatasi gerak dan langkah bawahannya. Tugas pemimpin justru menumbuhkan potensi dan kemauan orang-orang yang dipimpinnya. Semakin banyak kreativitas maka akan semakin bagus.
Puncak kesuksesan seorang pemimpin ketika ia telah menjadi jalan dan penyebab suksesnya orang lain. Sebaliknya bila pemimpin tidak mampu membantu berkembangnya prestasi bawahannya, maka ia belum bisa dikatakan pemimpin yang hebat. Karena para pemimpin hebat tidak hanya bisa memerintah orang lain. Namun, menginspirasi pengikutnya untuk bertindak, serta ingin membantu dan bekerja bersamanya.
Dalam falsafah Jawa seorang pemimpin dicirikan sebagai sosok yang bisa “ngemong”. Seorang pemimpin tidak harus orang yang seba bisa mengetahui banyak hal. Namun yang terpenting ia mampu menyatukan berbagai karakter menjadi kesatuan yang harmonis sehingga tujuan besar bersama dapat tercapai dengan efektif.
Setiap kita adalah pemimpin untuk diri sendiri dan kelak akan di tanya tentang kepemimpinannya.
BalasHapusBukan begitu pak pri😁
Ya. Mbak putri. Maksudnya itu
BalasHapus