Sebagai makhluk sosial, tak ada orang yang mampu hidup sendiri di dunia ini. Semua pasti membutuhkan kehadiran dan bantuan orang lain. Sebagaimana orang kaya masih membutuhkan pekerja yang membantunya, seorang penguasa juga tetap memerlukan pertolongan orang lain untuk menjalankan semua urusannya.
Disadari atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari kita telah banyak ditolong orang. Baik orang tadi kita kenal, atau tidak pernah kita kenal sama sekali. Bahkan dalam sesuap makan siang kita terdapat puluhan atau bahkan ratusan tangan yang telah terlibat membantu di dalamnya. Tolong-menolong merupakan ajaran agama yang mesti kita amalkan semampu kita. Dalam Surat Al-Maidah ayat 2 Allah berfirman;
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Dalam sejarah Islam kita mendapat contoh yang indah bagaimana seorang muslim membantu saudaranya. Ketika Rasulullah hijrah dari Mekah ke Medinah kaum muslim Madinah menyambut dengan penuh suka cita. Sekalipun orang-orang Madinah bukan termasuk orang-orang yang kaya, dengan senang hati mereka menolong saudara mereka yang hijrah bersama Nabi. Mereka tidak berat mengorbankan apa yang mereka miliki demi bisa membantu kaum muhajirin.
Mereka, kaum muslim Madinah memberi tempat tinggal, memberikan sebagian hartanya untuk kaum Muhajirin agar bisa memulai kehidupan yang baru. Mengingat sahabat-sahabat Muhajirin hijrah menuju Madinah tanpa membawa harta apapun kecuali hanya bekal perjalanan saja. Pantaslah mereka mendapat sebutan Sahabat Ansor, artinya orang-orang yang menolong. Apa yang dilakukan sahabat-sahabat Ansor akan menjadi pedoman kita sepanjang zaman. Bahkan Rasulullah memuji kaum Ansor; Jika orang-orang menempuh suatu jalan di celah gunung, dan orang-orang Ansor menempuh suatu celah yang lain, tentu aku akan memilih celah yang ditempuh orang-orang Anshor. “Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” HR. Muslim.
Bahwa sejatinya apa-apa yang kita miliki di dunia, baik itu yang berbentuk wujud jasmani hingga materi, semata-mata adalah titipan Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan titipan itu, manusia dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat.
Dengan menyadari bahwa apa yang kita miliki hanyalah titipan Allah semata, maka ajaran saling berbagi dan peduli dalam Islam pun begitu kuat. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda bahwa siapa yang melapangkan suatu kesusahan dunia dari seorang Muslim, maka Allah akan melapangkan satu kesusahan dirinya di hari kiamat.
Orang-orang yang dititipi harta hendaknya menolong dengan hartanya. Yang berilmu, sampaikan dan sebarkan ilmu pada mereka yang masih awam, ini juga bagian dari wujud menolong sesama. Memberi terang bagi yang mereka yang masih dalam kegelapan. Mereka yang diamanati kekuasaan, semestinya membantu orang-orang yang terzalimi dengan kekuasaannya. Dan sekiranya seseorang tidak memiliki harta, ilmu atau kekuasaan untuk menolong sesamanya, setidaknya ia masih bisa menolong dengan tenaga yang dimilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar