Kita bersyukur, ibadah haji tahun (1443 Hijriyah) ini bisa terselenggara lagi. Tentunya semua berharap, situasi benar-benar semakin membaik dan ibadah haji di tahun mendatang dapat dilaksanakan secara normal kembali.
Ibadah haji menjadi model yang sangat jelas bagi
kesetaraan hamba dalam pandangan Allah. Seperti dalam Surat Al-Hujurot ayat 13
Allah berfirman; Wahai manusia!
Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Kapan manusia bisa
berkumpul dengan saudaranya dari berbagai penjuru dunia. Tentunya saat mereka
melaksanakan ibadah haji. Ketika melaksanakan ibadah haji serasa tidak ada yang
berbeda. Status sosial, pangkat dan jabatan serta atribut yang dimiliki semua
ditanggalkan, berbalut kain yang sama yakni pakaian ihram. Dan tak ada yang
bisa menyombongkan kelebihan yang dimilikinya.
Dalam ibadah haji kita bisa
memahami bahwa Islam menolak paham rasisme. Tidak ada bangsa yang melebihi
kemuliannya dari bangsa yang lain. Tidak pula warna kulit tertentu lebih mulia
dari warna kulit yang lain. Perbedaan yang ada justru akan semakin menguatkan
tali persaudaraan dalam keimanan.
Hakikat kemuliaan seorang
hamba memang tidak terletak pada apa yang menempel di badannya. Bukan pula
kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat. Tetapi kemulian sejati diukur dari
seberapa besar ketaqwaan hamba kepada Allah. Bisa saja rendah dalam pandangan
manusia, tetapi mulia di sisi Allah. Allah tidak pernah memandang apa yang
nampak pada lahirnya, tapi pada hati dan amal seorang hamba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar