Di saat “tenguk-tenguk” sambil nunggu kopi pahit yang
masih panas, terdengar salam seseorang. Rupanya tetangga datang sembari membawa
bungkusan. Setelah basa-basi sebentar tetangga kami pulang tanpa menyempatkan
duduk barang sejenak.
Tak sedikitpun ada dalam angan-angan saya, sore ini akan dapat
rezeki “istimewa”. Semangkuk besar umbi Gembili kukus yang masih hangat siap
disantap menemani kopi yang kini sudah hangat-hangat kuku. Segala puji hanya
milik-Mu ya Allah. Engkau yang menggerakkan hati manusia hingga melangkahkan
kaki-kaki mereka mengantarkan rezeki-Mu kepada orang yang telah Kau tetapkan.
Dalam hati takjub dengan hal “kecil” sore ini. Bila memang
sudah menjadi bagian kita, rezeki akan tetap datang tanpa kita duga bagaimana
caranya. Buah yang ranum di ujung benua nun jauh di sana, atau ikan yang hidup
di dasar samudera yang dalam tetap sampai di meja makan kita bila sudah menjadi
rezeki kita. Jadi jangan pernah khawatir dengan urusan rezeki, karena semuanya
sudah dalam ketetapan-Nya.
Keyakinan terhadap jatah rezeki yang telah Allah
rencanakan tidak serta-merta menjadikan kita hanya menunggu dan berdiam diri
saja. Allah mencintai hamba-Nya yang berikhtiar di jalan yang diridhai. Rezeki
memang sudah ditetapkan, tetapi kita diperintah menjemputnya dengan cara yang
halal.
Bekerja dengan niat mencukupi kebutuhan hidup diri dan
keluarganya merupakan ibadah. Hidupnya tidak digantungkan dari sekadar pemberian
orang. Sedangkan mereka yang malas dan hanya menunggu datangnya rezeki jelas telah
menyia-nyiakan waktu. Hilang keberkahan waktu yang diberikan karena hanya habis
dengan sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar