Hajatan besar bangsa Indonesia, pemilu
2024 semakin dekat. Kurang dari satu tahun (Februari 2024), “pesta rakyat” akan
digelar di seluruh pelosok nusantara. Tidak tahu, entah mengapa pemilu sering
disebut sebagai pesta rakyat.
Bukankah pesta itu identik dengan
bersenang-senang, makan minum sepuasnya dan menikmati hiburan dengan sukaria.
Lalu, apakah pemilu juga menghidangkan kesenangan kepada rakyat?. Sama sekali
tidak benar. Kenyataannya, rakyat lebih sering dimanfaatkan untuk mendulang
suara saja.
Ketika para elit dan politisi memerlukan
suara rakyat, mereka akan lantang berteriak memperjuangkan kepentingan rakyat.
Tapi apakah sebenarnya mereka tahu apa yang dibutuhkan rakyat. Apa mereka benar-benar
memahami kesulitan hidup rakyat kecil. Apakah mereka pernah merasakan hidup
bersama-sama rakyat. Tidak.
Suka atau tidak suka, demokrasi kita
masih memprihatinkan. Orang-orang yang katanya wakil rakyat, sebenarnya hanya
wakil partai. Atau lebih tepatnya loyalitas elit partai. Apa yang diputuskan
partainya, itu yang akan dilaksanakan. Lalu aspirasi rakyat bagaimana?
Ya sudahlah, apa hendak dikata. Kedaulatan
ada di tangan rakyat mungkin hanyalah slogan yang sebenarnya jauh dari
kenyataan. Faktanya, kedaulatan rakyat hanya sehari saja, selebihnya rakyat tak
dibutuhkan suaranya lagi. Sampai datang lagi undangan “pesta” berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar