Bagai daun jatuh kemudian terbang tertiup angin. Mungkin
seperti itu perumpamaan langkah kaki kita. Kadang tanpa rencana sebelumnya,
tahu-tahu kita di sampai di sebuah tempat tertentu. Setidaknya itu seperti yang
saya alami kemarin.
Tanpa sengaja saya lewat di depan rumah teman yang sudah
lama sekali tidak bersua. Mungkin sudah belasan tahun kami tidak berjumpa dan berbincang-bincang.
Kadang karena urusan dan kesibukan yang berbeda-beda membuat kita jauh dari
teman. Untuk menyambung persahabatan sekali setahun saat momen hari raya,
sering kita tidak bisa untuk meluangkan waktu.
Terkejut. Ketika melihat sahabat kami di atas kursi roda.
Sendirian di teras rumah dengan tatapan mata kosong. Spontan saya berhenti dan
menghampiri beliau. Hampir tidak percaya melihat kondisinya yang kini
benar-benar berubah. Perawakan gagah dan berwibawa kini tak tampak lagi.
Tubuhnya memang didera sakit yang berat. Tapi ingatannya
tidak berkurang. Begitu saya menyapa, pecahlah tangis beliau. Sebuah pertemuan
yang mengharukan. Dalam hati saya hanya bisa menyalahkan diri sendiri.
Bagaimana bisa seorang sahabat tidak menjenguk sahabatnya yang sakit sudah bertahun-tahun.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan persahabatan kami.
Tidak pula kami berniat memutus tali sillaturrahim yang sudah terjalin dengan
baik. Memang kami sedang disibukkan dengan urusan sendiri-sendiri sehingga lupa
berbagi, meski itu hanya sekadar informasi.
Ujian yang dialami teman kami memang tidak ringan. Namun tidak
ada pilihan selain tetap bersabar. Dan itu yang bisa saya sampaikan kemarin.
Meski saya juga sadar, yang berani menasihati belum tentu mampu menjalani. Dari
lubuk hati yang mendalam, itu hanya bagian dari saling mendoakan dan
mengingatkan. Semoga cepat sembuh kawan…#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar