Sudah dua bulan lebih, saya tidak melihat tetangga kami
yang biasanya rajin ke masjid. Biasanya sebelum waktu azan beliau sudah hadir dan
iktikaf sendirian di dalam masjid, menunggu waktu salat tiba. Memang kami
mengamati kesehatan beliau sudah jauh menurun. Untuk sampai ke masjid beliau
harus berjalan pelan-pelan menggunakan tongkat.
Rabu sore kemarin, kami mendapat khabar bahwa kakek
tetangga kami yang jarang bicara itu telah wafat. Rupanya beliau dalam dua
hingga tiga bulan terakhir ini tidak tinggal sendirian di rumahnya, tapi dirawat
dan tinggal bersama di rumah salah satu anaknya.
Baru setahun yang lalu beliau menjual sebagian tanahnya,
kemudian uang hasil penjualan diserahkan ke masjid dan madrasah di dekat
rumahnya. Seluruh uang yang nominalnya lebih dari empat ratus juta semua diinfakkan.
Sebuah persiapan menjemput ajal yang indah. Beliau sadar
dengan sepenuhnya, bahwa kehidupan dunia ini tidak abadi. Kematian pasti akan
datang kepada setiap orang tanpa menunggu persetujuan. Dan orang yang cerdas
akan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Semoga semua amal kebaikan beliau diterima di sisi Allah. Yang
saya tahu beliau orang yang baik, rajin berjamaah, dan ramah ketika bertemu
orang. Semasa hidup, beliau sudah banyak menyiapkan "sangu urip" untuk
kehidupan yang abadi. Ya, karena hidup yang sebenarnya adalah kehidupan setelah
kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar