Setiap perjuangan pastilah membutuhkan pengorbanan. Perjuangan adalah jalan terjal, bukan jalur datar yang penuh bunga di kanan dan kirinya. Dalam perjuangan pasti ada air mata, rasa sakit dan beban berat. Dan semakin tinggi apa yang akan dicapai semakin besar pula pengorbanan yang haru diberikan. Buktinya adalah para pahlawan bangsa kita. Untuk sebuah kemerdekaan, harta benda, kepentingan pribadi bahkan jiwa dan raga pun siap dikorbankan.
“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi kamu rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya.” Begitu menurut Lance Amstrong. Nama aslinya Lance Edward Gunderson lahir di Plano, Texas, Amerika Serikat, 18 September 1971, adalah pembalap sepeda profesional Amerika Serikat yang terkenal karena berhasil menjuarai Tour de France sebanyak tujuh kali berturut-turut dari 1999 hingga tahun 2005. (Data dari Wikipedia)
Tour de France adalah kejuaraan balap sepeda paling bergengsi di dunia. Kejuaraan ini merupakan balapan jalanan jarak jauh untuk pembalap sepeda profesional yang biasanya diadakan sepanjang tiga minggu pada bulan Juli di Prancis. Tour de France diadakan setiap tahun sejak tahun 1903. Tour de France diselenggarakan sepanjang 21 etape, menempuh jarak total 3.470 km. Luar biasa, Itu sama halnya dengan tiga kali panjang pulau Jawa.
Bisa kita bayangkan beratnya usaha yang harus dilakukan oleh para juara. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan fisik dan mental melebihi kebanyakan manusia normal lain. Pada dasarnya semua insan terlahir sama. Namun dalam perjalanan hidupnya, dikarenakan tempaan hidup semua akan berbeda. Bagaimana ia belajar, bagaimana ia berlatih dan bagaimana dia berpikir dan bergaul menjadikan manusia berbeda dengan yang lainnya. Akan terlihat seseorang melebihi yang lain.
Figur Lance Amstrong menjadi pelajaran bagi kita. Baginya, lebih baik berjuang dengan sekuat tenaga meski harus merasakan sakit yang mendera, mengalami luka dan pedihnya latihan yang keras. Semua itu harus diabaikan. Karena bila kita takut dengan sakitnya perjuangan, maka kita akan menjadi pesakitan selamanya.
Pak Pri semakin dan semakin mantab...
BalasHapusHe...he mugi2 Pak Nur, belajar menulis setiaop hari
BalasHapus