Pasti setiap orang beriman selalu berharap dan berdoa agar senantiasa mendapat rezeki yang halal dan melimpah. Namun, tak ada yang bisa mengetahui kepastian mengenai rezeki. Rezeki urusan sang pencipta. Soal kapan, di mana, dan jumlah rezeki yang akan diperoleh berada di luar batas kemampuan akal dan rasio manusia. Allah subhanahu wa ta’ala mutlak yang menjadi pengendali dan pembagi rezeki bagi umat manusia.
Upaya manusia untuk mengais rezeki pun sangat beragam. Sebagian orang dengan “mudah” mendapat rezeki berupa harta benda yang melimpah. Sementara yang lain begitu sulit untuk mendapat sekadar kebutuhan makan sehari-hari. Bila ukuran rezeki yang didapat berdasarkan usaha seseorang, tentu mereka yang bekerja mengandalkan tenaga entah itu kuli atau pekerja kasar akan menjadi orang yang paling banyak rezeki (harta)nya.
Rezeki sering tidak bisa dinalar. Seseorang yang bekerja di tempat yang sama dengan posisi yang sama bahkan dengan besar gaji yang sama akan mendapat rezeki yang berbeda. Rezeki tidak bisa dihitung dari gaji dan pendapatan. Karena rezeki sering datang tanpa bisa diduga sebelumnya, baik besarnya maupun sumbernya. Rezeki kita bisa datang dari seluruh penjuru dunia.
Memang orang cenderung menyempitkan rezeki terbatas pada uang atau kekayaan saja. Padahal rezeki bukan urusan materi (harta) semata. Ilmu, kesehatan, keluarga juga rezeki yang dikaruniakan pada kita. Jadi bisa saja orang yang sedikit hartanya, tapi melimpah rezekinya. Karena harta adalah satu bagian dari sekian banyak cabang rezeki.
Terima kasih bu sudah singgah
BalasHapus