Ramadhan akan selalu “meriah” dan berbeda dengan bulan-bulan yang lain. Lihat saja musholla dan masjid yang selalu lebih ramai dari hari-hari biasa. Tidak hanya kegiatan shalat tarawih yang padat dengan jama’ah. Shalat magrib di masjid pun biasanya akan penuh dengan jamaah, terutama masjid yang meyediakan buka puasa gratis untuk jamaahnya. Malam hari pun masjid dan musholla tetap “hidup” dengan alunan bacaan Al-Qur’an. Bahkan mengaji menggunakan speaker masjid terkadang sampai larut malam belum.
Dari segi syiar agama tentu semua itu sangat menggembirakan. Namun bila kita lihat dari sisi lain terkadang semua terkesan berlebihan. Inilah perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan menyambut Ramadhan. Kita bisa menyebutnya dengan euforia.
Tentu dalam beribadah kita harus bisa memilih atau mendahulukan sesuatu yang lebih penting. Tidak salah bila shalat Tarawih maupun shalat Idulfitri jamaah berduyun-duyun menuju masjid dan musholla, tapi seharusnya shalat fardhu lima waktu berjamaah di masjid di luar ramadhan juga diutamakan.
Demikian pula tadarrus Al-Qur’an sangat bagus bila “disiarkan” dengan speker. Namun yang tidak kalah penting adalah menjaga kenyamanan bersama. Tentu akan lebih baik mengaji dengan pelan (tidak menggunakan speaker) di saat jam-jam istirahat. Tentu sebuah ironi, kita mengejar ridha Allah sementara tetangga kita banyak yang terganggu. Padahal memuliakan tetangga sangat ditekankan bagi orang yang mengaku beriman.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Gembira menyambut Ramadhan bagus, semangat beribadah juga penting. Tapi di atas semua itu ada yang lebih penting yaitu beribadah dengan tetap menjaga ketentraman dan menghargai orang lain. Beribadah tidak harus tampil dengan segala kemeriahannya. Justru banyak ibadah yang harus kita sembunyikan dari pandangan orang banyak. Kemuliaan ibadah tidak bergantung pada pandangan dan pujian manusia. Dan, Allah Mahatahu apa yang menjadi niat kita dalam menjalankan ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar