Kehidupan itu berputar bagai kuda pedati. Ada kalanya posisi di atas, dan pasti ada waktunya berada di bawah. Memang tidak ada yang abadi, semua akan mengalami perubahan tak terkecuali prestasi sebuah klub sepak bola.
Sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu bila menyebut nama Manchester, maka yang teringat pasti Manchester United. Tapi kini “merk” Manchester United sudah mulai tergantikan dengan Manchester City, tetangga berisik mereka. Bila dulu Manchester identik dengan warna merah, kini Manchester menjadi “Biru”.
Masa kejayaan United seakan menjadi cerita lalu. Kini panggung juara menjadi milik city yang dulu hanya sebuah klub medioker. Klub yang hanya dipandang sebelah mata oleh United. Saat ini, status medioker justru melekat pada United karena posisinya selalu di belakang City pada papan klasemen EPL.
Derby terbaru pada Sabtu malam kemarin, ketika bermain di Old Trafford Man City berhasil menundukkan sang tetangga dengan skor 2-0. The Citizens unggul terlebih dahulu berkat gol bunuh diri Eric Bailly. Tim tamu kemudian memperbesar kedudukan melalui Bernardo Silva. Lagi-lagi ini membuktikan City saat ini memang lebih kuat. Ukurannya bukan cuma skor pertandingan, tapi dari sisi statistik City tetap lebih dominan.
Apa yang salah dengan United. Komposisi pemain begitu mewah, namun prestasi klub (gelar) begitu susah diraih. Penggemar United tentu sangat gusar dengan kondisi klub kesayangannya hari ini. Klub kebanggaan mereka tidak berdaya menyaingi kedigdayaan sang tetangga. United boleh saja kalah oleh klub lain, tapi tidak boleh kalah dari City. Karena kalah dari City sama halnya dengan merubah citra warna kota yang merah menjadi biru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar