Gajah Mada, sosok pemimpin yang namanya melegenda. Dia adalah seorang panglima perang dan mahapatih yang merupakan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Menurut berbagai sumber, kerajaan Majapahit mengalami masa keemasannya ketika dipimpin oleh raja Prabu Hayam Wuruk dan mahapatih Gajah Mada. Wilayah kekuasaannya sangat luas bahkan hampir menyatukan seluruh nusantara.
Pada zaman dahulu seorang pemimpin pasti yang paling kuat dari kelompoknya. Pemimpin harus memiliki kelebihan dari orang pada umumnya. Seorang penguasa entah itu raja, bupati atau kepala kampung pasti orang tersakti atau linuwih dari para pengikutnya. Tipologi kepemimpinan zaman dulu memang berdasarkan figur atau ketokohan.
Di era sekarang kriteria sosok pemimpin sudah mengalami pergeseran. Sebetulnya pemimpin yang hebat bukan berarti mereka yang katagorinya serba bisa dan memiliki kemampuan di atas rata-rata orang. Tetapi pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu membangun sistem kerja. Pemimpin harus bisa menggerakkan komponen yang ada dalam struktur kepemimpinannya.
Ketika seorang pemimpin mampu membangun sistem dalam ruang lingkup kerjanya, apakah itu perusahaan, lembaga pendidikan maupun eksekutif pemerintahan, yang terjadi adalah terciptanya iklim kemandirian. Semua akan berjalan sesuai dengan tata kerja dan pola yang telah ditetapkan. Tidak ada ketergantungan dengan adanya sosok pemimpin di tengah-tengah mereka. Bahkan ketika ada pergantian kepemimpinan semua tetap bisa survive, bergerak dan tidak akan banyak pengaruhnya.
Sementara itu, sisi lemah dari model kepemimpinan figur atau ketokohan ialah ketergantungan yang kuat pada sosok pemimpinnya. Ketika pemimpinnya ada, semua akan berjalan bagus. Namun di saat sang pemimpin tidak berada dalam lingkungan aktivitas mereka, semua menjadi tidak terarah kerjanya. Bahkan karena kuatnya keterikatan pada karakter pemimpin, di saat ada pergantian kepemimpinan sering terjadi kegoncangan dan degenerasi.
Mantap pak.
BalasHapusTerima kasih pak
BalasHapusjmantap pak pri...
BalasHapusjika setiap pemimpin membangun sistem serta aturan dan tatanan baru maka keberhasilan suatu sistem akan sulit diwujudkan bahkan kadang menetapkan kebijakan yang tidak populis dan tidak pro rakyat bahkan menjadi pil pahit, sumsidi dikurangi/dihapus sehingga harga melambung tinggi, program bantuan yang cenderung pencitraan bahkan setiap pemimpin seakan berlomba untuk membuat program baru seperti contoh setiap menteri pendidikan baru maka akan membuat kurikulum yg baru sebagai hasil kerjanya yang mebuat lembaga2 pendidikan dibawahnya gelabakan karena yg kemarin saja belum dijalankan secara penuh sekarang muncul lagi yang baru... Semoga setiap pemimpin berwatak sebagai seorang pemimpin yang arif dadan bijaksana dan selalu mengedepankan kepentingan rakyat nya agar tujuan nasional terciptanya masyarakat yg adil makmur sejatera berdasarkan pancasila dan UUD 1945
Pak Aan komentarnya sahe. Itu sudah jadi satu artikel yang bagus Pak.
BalasHapusnamung saget ngomentari mawon pak... ngapunten 🙏
BalasHapus