Pasti semua orang pernah mengalami marah. Wajar, karena
marah adalah bagian dari emosi seseorang. Yang menjadi masalah marah sering
menjadikan orang tidak bisa mengendalikan diri. Karena marah kata-kata akan
keluar dengan tajam dan tidak menimbang rasa.
Bila diibaratkan, orang yang sedang marah seperti
kendaraan yang melaju cepat dengan rem yang tidak pakem. Pengemudi bisa saja
celaka bila tidak waspada. Makanya Ketika marah “terapi” yang tepat untuk
mengatasinya sesuai hadis Nabi adalah dengan duduk bila sedang berdiri. Atau,
bila marah posisinya sedang duduk maka segera berbaring. Itu sama halnya dengan
mengurangi kecepatan laju kendaraan. Menghindari hilang kendali.
Ketika seseorang menuruti marahnya yang sering terjadi adalah
penyesalan. Dalam kondisi marah kita tidak bisa berpikir jernih dan bijaksana
dalam mengambil keputusan. Akhirnya tindakan pemarah sering merugikan diri
sendiri dan orang lain.
Sebenarnya marah adalah bagian dari penjagaan diri. Karena
memiliki marah seseorang bisa terjaga martabatnya. Tapi bila marah melebihi
kadarnya, akibatnya juga sangat buruk. Sebuah contoh marah yang sebenarnya justru
menjadi keharusan. Orang tua harus marah ketika anaknya meninggalkan kewajiban
dan melakukan perbuatan tercela. Bila orang tua diam ketika anaknya menyimpang,
lalu tanggung jawabnya bagaimana.
Yang harus dimengerti sebenarnya kapan kita harus marah
dan kapan kita tidak boleh marah. Kemudian, mengelola bagaimana marah menjadi
sesuatu yang berguna tidak hanya menurutkan emosi semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar