Akibat sebuah musibah, seorang pengusaha mengalami kerugian yang besar. Usaha yang dirintisnya belasan tahun hancur. Asetnya yang miliaran juga hilang, bahkan kini harus menanggung hutang yang banyak. Tambah satu lagi, ia juga mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh.
Dunia serasa gelap. Hidupnya dalam keputusasaan dan tiada harapan lagi untuk bangkit dan memulai membangun kembali segala yang telah diraih sebelumnya. Hari-harinya selalu dipenuhi amarah dan kebencian. Seakan semua orang bersalah dan ikut andil dalam keterpurukan hidupnya. Bahkan, dalam pandangannya Tuhan juga bersalah. Mengapa Dia yang disembah setiap saat tidak menolongnya ketika dirinya sedang menghadapi permasalahan yang berat. Dia marah kepada Tuhan dan tidak mau lagi tunduk dan berdoa.
Sampai pada suatu saat, sang pengusaha mendapatkan terang dalam hatinya yang selama ini dalam kegelapan. Teringat apa yang sering dibacanya ketika dalam shalat, Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati, lillahi rabbil’alamin…. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.
Tersungkur menangis dia dalam heningnya malam. Ya Allah, setiap hari aku berikrar bahwa shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk-Mu, tapi mengapa hanya karena ujian ini aku lupa diri. Semua milik-Mu, bila Engkau mengambilnya apa hak hamba untuk menahannya. Semua dalam Kuasa-Mu lalu mengapa saya merasa lebih tahu dan marah kepada-Mu.
Pagi itu dia tersenyum setelah berbulan-bulan lupa bagaimana caranya tersenyum. Hatinya lapang kembali setelah sekian lama dalam kesempitan. Ya Allah, aku serahkan semua pada-Mu. Aku akan belajar menjadi hamba yang ikhlas. Semua harta yang Kau titipkan telah Engkau ambil kembali. Mungkin nanti akan Engkau ganti dengan yang lebih baik. Sakit di tubuhku mungkin sebagai jalan engkau bersihkan dari segala yang haram yang telah menjadi darah dan daging. Jadi, mengapa aku harus bersedih dan marah pada-Mu ya Allah….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar