Sudah menjadi budaya masyarakat kita selalu merayakan Idulfitri
dengan meriah. Terlebih tahun ini(1444 Hijriyah) kita bisa merayakan Idulfitri
dengan leluasa setelah dua tahun kemarin berlangsung dengan kewajiban mematuhi
protokol kesehatan dan pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat secara
umum.
Salah satu tradisi dalam masyarakat kita ketika merayakan
Idulfitri adalah saling berkunjung atau silatutrrahim dengan sanak keluarga/kerabat,
teman atau orang-orang yang memiliki relasi dengan kita. Ini yang menjadikan
Idulfitri di negeri kita berbeda dengan negeri yang lain.
Tahun ini, kalau kita cermati nuansa Idulfitri terasa
lebih semarak. Ini tentu ada hubungannya dengan agenda besar bangsa kita di
tahun depan (2024) yakni pemilu. Kurang dari satu tahun, kita (rakyat) punya
hajat memilih langsung anggota legislatif dari tingkat kabupaten hingga pusat, anggota
DPD hingga Presiden dan Wakil Presiden.
Tidak mau kehilangan momen lebaran, para elit politik di
negeri kita berlomba mengeluarkan berbagai strategi politik tingkat tinggi
partainya. Silaturrahim menjadi ajang lobi politik meracik koalisi dan mencari
dukungan sana-sini. Bahkan sehari menjelang Idulfitri kemarin, salah satu
partai melaunching capres yang akan dimajukan di tahun 2024 mendatang.
Semua tentu memaklumi, karena di tahun politik apapun bisa
digunakan sebagai sarana mencari simpati. Mendadak banyak elit/pemimpin
merakyat dan dekat dengan masyarakat. Tapi masyarakat hari sudah lebih melek
politik. Mereka tentu bisa menilai, mana yang bekerja dengan tulus, dan mana
yang sekadar mengumbar janji tanpa bukti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar