Rabu, 30 Oktober 2024

Belajar Sepanjang Hayat

 



Tidak rugi bila usia dihabiskan untuk mencari ilmu, begitu pesan guru kami dulu. Semangat menuntut ilmu itu senafas dengan sebuah ungkapan “Utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi”; tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.

Mencari ilmu bukan hanya urusan anak-anak di bangku sekolah. Semua orang dan semua usia harus terus belajar dan menambah perbendaharaan ilmunya. Tidak akan pernah ada kata cukup, karena sekali merasa pandai dan berhenti belajar berarti ia telah gagal mencapai derajat yang lebih tinggi. 

Bagi para pelajar, sudah pasti mereka memiliki banyak waktu untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya. Namun bagi orang dewasa yang telah berkeluarga, tentu hari-harinya akan disibukkan dengan berbagai kegiatan dan urusan pekerjaan.

Sebenarnya selalu ada jalan bagi kita yang sungguh-sungguh ingin terus belajar. Berbagai cara dapat kita terapkan untuk menambah ilmu, misalnya dengan rutin membaca buku. Dengan membaca lima belas menit saja sebelum tidur, ternyata dalam tempo panjang mampu mengkhatamkan berbagai buku/kitab.

Cara lain untuk menambah ilmu yakni dengan memanfaatkan gadget. Di waktu-waktu luang kita bisa memutar youtube kajian agama dari berbagai ulama yang sudah masyhur. Teknologi memudahkan kita belajar meski tidak langsung datang ke majlis kajian mereka.

Akan selalu ada banyak cara untuk terus menuntut ilmu. Yang terpenting kita senantiasa menjaga niat untuk terus belajar dan menambah ilmu. Sehingga, selamanya kita akan menjadi manusia pembelajar yang tidak pernah puas dengan ilmu yang didapatkan.

 

Selasa, 22 Oktober 2024

Jaga Ukhuwah, Hindari Perpecahan

 



Sebenarnya terasa berat harus menulis tentang masalah ini. Saya bukanlah siapa-siapa. Perkataan, tulisan maupun sikap saya tidak akan pernah dianggap penting dan tidak membuat pengaruh apa-apa. Saya hanya orang lemah yang ingin berbuat sesuatu meski itu belum pasti ada gunanya.

Tak ubahnya seperti semut yang membawa setetes air  untuk memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim. Dia tahu, usahanya tak akan membuat perubahan besar, tapi tetap saja ia harus berbuat karena bila diam, sama halnya dengan setuju dengan situasi yang sedang terjadi. Itulah ibaratnya saya

Hari ini kita menyaksikan perdebatan yang sepertinya sudah masuk dalam ranah perpecahan terkait tentang nasab. Kelompok habaib dihadap-hadapkan dengan kelompok ulama dan kiai pribumi. Entah apa untungnya dari semua perselisihan antar sesama saudara seiman yang sama-sama mengaku sebagai bangsa yang satu.

Saya tidak pernah menjadi pendukung atau pembela dari salah satu kelompok yang saat ini sedang bertikai. Saya hanya prihatin melihat semua ini, karena saya adalah orang yang mencintai persatuan dan kerukunan umat. Pedih rasanya melihat sesama saudara seiman saling menghujat dan merendahkan.

Apakah urusan nasab ini tidak bisa diselesaikan dengan cara yang beradab. Kalau memang ada oknum yang melanggar hukum biarkan mekanisme hukum yang berjalan dan menemukan keadilannya. Bila ada pelanggaran etika, tentu itu juga bisa diselesaikan dengan cara yang elegan.

Bila kita terus-menerus berselisih, kelompok lain akan mengambil keuntungannya. Pasti ada yang senang ketika umat Islam mengalami perpecahan. Bahkan bisa saja, semua peristiwa ini memang disengaja, umat ini sedang diadu domba. Tetap jaga ukhuwah Islamiyah saudaraku…

 

 

Senin, 14 Oktober 2024

Sahabat Berdebat



Tidak lama setelah Abu Bakar dibaiat menjadi Khalifah untuk memimpin umat Islam, beliau menghadapi beberapa masalah krusial. Muncul beberapa orang yang mengaku menjadi nabi, sementara ada beberapa kabilah menyatakan keluar dari Islam atau murtad. Selain murtad, mereka yang masih bertahan dengan Islam tak mau membayar zakat kepada Abu Bakar.

Ada yang yang beranggapan bahwa pembayaran zakat sebagai upeti yang sudah tak berlaku lagi sesudah Rasulullah tiada. Zakat, menurut hemat mereka, boleh dibayarkan kepada siapa saja yang mereka pilih sendiri sebagai pemimpinnya di Madinah. Mereka mogok tak mau membayar zakat dengan menyatakan bahwa dalam hal ini mereka tidak tunduk kepada Abu Bakar.

Umar bin Khattab selaku sahabat dekat Khalifah Abu Bakar berpendapat untuk tidak memerangi umat yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sementara Khalifah Abu Bakar teguh mempertahankan pendiriannya, untuk memerangi kelompok yang tidak mau membayar zakat. Kedua sahabat utama Nabi itu berbeda pendapat bahkan berdebat tajam, tapi tetap saling menghormati.

Pada riwayat yang lain dikisahkan, Umar mendatangi Abu Bakar dan berkata bahwa mayoritas korban perang Yamamah adalah para penghafal Al-Quran. Sebab gugurnya mereka, Umar khawatir sebagian besar Al-Quran juga akan hilang, dan ia (Umar) punya pendapat, sebaiknya Abu Bakar segera memerintahkan seseorang untuk melakukan dokumentasi atau pengumpulan Al-Quran.

Abu Bakar merespon pendapat Umar tersebut dengan bertanya tentang sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Umar kemudian menjawab disertai sumpah ‘demi Allah, ini adalah ide yang baik’. Umar terus membujuk Abu Bakar hingga Allah memberi ‘kelapangan dada’ Abu Bakar dan akhirnya ia setuju dengan usulan Umar. Kemudian Abu Bakar menugaskan tugas mulia ini kepada Zaid Bin Tsabit.

Dalam sejarah Islam, kita memiliki khazanah tokoh-tokoh besar yang memberikan teladan kepada umat, Abu Bakar dan Umar di antaranya. Meski sahabat, ternyata Abu Bakar dan Umar sering berdebat. Tentu perdebatan mereka bukan masalah pribadi tetapi masalah yang esensial dan kepentingan kemaslahatan umat.

Sahabat yang baik adalah orang yang selalu ada untuk mendukung, mau memberikan nasihat ketika diperlukan, dan bahkan mengkritik kita agar menjadi pribadi yang lebih baik.

 

 





Senin, 07 Oktober 2024

Kesenangan yang Menipu

 



Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (al-Hadid: 20). Berlimpahnya harta, jabatan yang tinggi, dan segala kemewahan dunia adalah kesenangan atau nikmat sementara yang tiada abadi. Semua akan berakhir pada waktunya. Akan ada kesenangan abadi yang nyata, dan itu nanti setelah hari pembalasan.

Ketika seseorang meraih jabatan tinggi atau memiliki kekayaan duniawi yang berlimpah, pasti akan banyak yang datang berkerumun mengelilinginya. Seperti semut yang berduyun-duyun mendatangi gula. Atau contoh yang lebih buruk, seperti lalat yang menyerbu bangkai. Namun yang pasti, pesta pasti akan berakhir.

Satu-persatu orang akan meninggalkan penguasa yang telah kehilangan jabatannya. Mereka akan segera mendatangi dan mengerubungi pejabat baru. Yang lama akan ditinggalkan karena telah habis manisnya. Dan bagi para penjilat sejati, tidak ada lagi rasa malu di hatinya. Loncat sana, loncat sini, semua dilakukan demi mendapatkan kesenangan diri sendiri.

Memang begitu kaidah kehidupan duniawi ini. Siapa yang berkuasa dan memiliki harta akan banyak pendukungnya. Seakan semua memuji dan menjunjung tinggi sang pejabat. Tapi yang pasti, semua itu hanya sementara. Mereka ingin memegang kekuasaannya selama mungkin, padahal tidak ada yang kekal di kehidupan dunia ini.

Kaya itu sementara. Menjadi pejabat juga tidak selamanya. Jangan tertipu dengan semua nikmat yang Allah titipkan. Pada masanya semua akan bertanggungjawab dengan apa yang telah dikerjakan di dunia fana ini. Waspadalah… waspadalah!.

 

 

 

 

Rabu, 02 Oktober 2024

Hidup dan Badai Ujian

 



Siapa yang hidupnya tidak pernah merasakan kesedihan? Pasti tidak akan ada. Ujian hidup berupa kekurangan harta benda, rasa takut, sakit dan berbagai kesulitan akan selalu mengiringi kita. Semua orang mengalami ujian dalam hidupnya meski apa yang dihadapi berbeda-beda.

Terkadang kita merasa banyak mengalami ujian dalam hidup dan melihat orang lain hidupnya begitu sempurna. Ternyata itu hanya lamunan dan bisikan setan agar kita menjadi orang yang banyak mengeluh bahkan terjerumus dalam keputusasaan.

Ujian harus dihadapi dengan kesabaran, dan tidak ada cara selain itu. Kesabaran tidak akan menghentikan ujian, namun dengan sabar orang akan berhasil keluar dari ujian. Seperti orang yang berjalan di tengah hujan dengan payung. Payung tidak akan bisa menghentikan hujan, namun dengan berpayung kita bisa melewati hujan.

Bila kita menghadapi seratus ujian, yakinlah orang lain juga menghadapi ujian yang banyak. Bukan hanya seratus, mungkin seribu ujian. Dan, tidak perlu kita menceritakan ujian hidup kepada orang lain, karena mereka juga sedang menghadapi permasalahan yang sama.

Manusiawi bila terkadang kita sedih dan kehilangan harapan. Namun itu tidak akan pernah memperbaiki situasi. Mari kita senantiasa berkeluh kesah hanya kepada Dzat yang Mahamenolong. Dia yang Mengetahui segala kesulitan dan badai ujian yang sedang kita hadapi. Kita sandarkan segala harapan, semoga dikuatkan dan lulus menghadapi ujian.

 

Belajar Sepanjang Hayat #2

  Tentu tak akan ada orang yang mau hidupnya merugi. Dan kerugian yang sebenarnya bukan kehilangan materi, namun kehilangan waktu. Bukankah ...