Jumat, 25 April 2025

Amal yang Dicintai

 



Kini kita tengah berada di Jum’at terakhir bulan Syawal tahun 1446 Hijriyah. Ramadan telah berlalu meninggalkan kita, tanpa adanya kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa lagi, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya.

Hanya sebuah doa dan harapan yang selalu kita sampaikan kepada Allah, semoga amal ibadah kita diterima di sisi-Nya dan kita masih diberi kesempatan untuk berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun mendatang.

Bulan Syawal seharusnya menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan amal ibadah kita, atau setidaknya mempertahankan ibadah di Bulan suci Ramadan kemarin. Walau dalam kenyataannya Syawal lebih sering menjadi bulan penurunan ibadah kita, juga penurunan kualitas diri. Di antara tandanya yang sangat jelas adalah perayaan idulfitri seakan-akan menjadi suasana kebebasan setelah selama sebulan penuh dikekang dan harus menahan diri.

Syawal adalah ujian istiqomah kita. Istiqomah maknanya adalah sikap teguh dan terus-menerus dalam melakukan kebaikan, menjalankan perintah Allah SWT, dan menjauhi larangan-Nya. Bentuk sikap istiqamah ini dalam amal adalah dengan mengerjakannya secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda;

“Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menjadi alasan, kita harus terus-menerus memperbaiki ibadah khususnya puasa. Karena puasa seharusnya mampu mengantarkan seseorang meraih derajat taqwa, atau paling tidak mendekatinya.

Bulan Syawal menjadi ukuran sampai di mana kita bisa istiqomah, bukankah ketika Ramadan kita ringan melaksanakan qiyamul lail sholat tarawih, tilawah Al-Qur’an setiap hari, bangun tengah malam untuk tahajjud dan makan sahur, bersedekah memberi makan orang yang puasa, dan sudah seharusnya amalan-amalan tersebut mampu kita pertahankan di bulan Syawal ini, atau setidaknya tidak diabaikan semuanya.

Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat ditempa selama bulan Ramadan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah.

Allah memerintahkan kepada kita untuk istiqomah. Bila pada bulan Ramadan kemarin kita ringan dan mudah melaksanakan ibadah, jangan sampai sesudah Ramadan kita enggan melaksanakan ibadah. Dalam surat al-Ahqaf ayat 13 Allah juga berfirman;

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita”

Tanda istiqomah adalah ibadah yang semakin bagus. Apabila dia tergelincir dalam dosa segera dia meminta ampunan Allah SWT. Orang-orang istiqomah tidak memiliki kekawatitan dan sedih hati tentang kehidupannya karena sudah tawakkal dengan yang Allah karuniakan kepadanya.



 

4 komentar:

Misi Berat Timnas Indonesia

  Pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 babak ke-4 zona Asia akan segera dihelat. Undian babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 su...