Memang benar apa yang
disabdakan Nabi Muhammad Saw. Banyak orang yang berpuasa namun hanya
mendapatkan rasa haus dan lapar semata. Mereka berpuasa tetapi tidak mendapat balasan
pahala apa lagi mencapai derajat takwa.
Saat ini (bulan
Syawal) adalah waktu yang tepat untuk refleksi terhadap diri sendiri
(muhasabah), apakah puasa kita termasuk yang disabdakan Nabi tadi. Harus ada
penilaian yang jujur, agar kita tidak terjebak dengan kebiasaan kembali ke
setelan awal. Ya, sebenarnya banyak yang menjalani ibadah di Ramadan tapi tidak
menjadikan takwanya meningkat.
Ada indikator yang
bisa dijadikan ukuran apakah puasa kita bisa menambah kualitas takwa. Bila di
bulan Syawal banyak yang pola ibadahnya kembali seperti sebelum Ramadan
kemarin; jarang melakukan salat sunah, malas bersillaturrahmi, enggan bersedekah berarti
tidak ada atsar puasa Ramadan yang dikerjakan kemarin.
Syawal menjadi ujian istiqamah
yang sebenarnya. Bila pada bulan Ramadan ibadah kita meningkat, dan setelah
Ramadan menurun kembali itu artinya belum konsisten. Seperti anak sekolah yang
naik kelas kemudian harus turun lagi begitu seterusnya. Ia tidak akan mencapai
derajat yang tinggi karena harus bolak-balik turun lagi.
Menjalani puasa hanya
sebagai rutinitas yang dijalani karena sekadar mengikuti umumnya orang. Orang
berpuasa dia berpuasa, orang bergembira saat lebaran ia pun bergembira. Ibadah
hanya menjadi ritual kepantasan dan kalaziman dalam bermasyarakat. Bukan mencari Rida Allah.
Terima kasih atas catatannya agar kita tetap istiqamah dalam ibadah.
BalasHapusMatursuwun Prof
BalasHapus