Sebelum partai final UEFA
Nations League di Munchen Jerman, banyak mata pecinta
bola tertuju pada dua sosok yang fenomenal yaitu: Cristiano Ronaldo dan Lamine
Yamal. Keduanya mewakili negara masing-masing dalam ambisinya meraih tropi
bergengsi benua biru.
Final kali ini
seolah menjadi ajang pertarungan dua bintang yang beda kutub. Satu bintang yang
sedang surut sinarnya melawan bintang yang mulai terang bersinar. Itu gambaran
duel antara Ronaldo di tim Portugal melawan Lamine Yamal di tim Spanyol.
Pada akhirnya Ronaldo
masih mengungguli Yamal. Ibarat buah Ronaldo belum membusuk, buktinya ia sukses
mengantarkan Portugal meraih juara meski
usianya sudah melewati 40 tahun. Ini adalah trofi internasional ketiga yang ia
persembahkan untuk Portugal. Selama membela Portugal Ronaldo membantu meraih 3 trofi mayor: Euro 2016, UEFA Nations League
2019, dan 2025.
Faktanya, Ronaldo masih mampu berkontribusi
di level tertinggi sepak bola eropa. Ini jelas menjadi bukti sahih jika dia
merupakan salah satu pesepakbola terhebat sepanjang sejarah. Kemenangan ini
sekaligus mematahkan kritik tajam terhadap Cristiano Ronaldo, yang beberapa
kali dituduh menghambat performa Portugal.
Keputusan Roberto Martinez tetap
memainkan Ronaldo sebagai starter meski mendapat banyak tekanan kini berbuah
manis. Gelar prestisius layak ia dapatkan karena keras kepala mempertahankan Ronaldo di skuad Portugal. Dan dalam
perayaan kemenangan kita melihat Martinez berpelukan emosional dengan Ronaldo. Sebuah
kepercayaan yang dibayar dengan dedikasi dan totalitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar