Invasi Rusia ke Ukraina belum juga ada tanda-tanda akan segera berakhir. Keadaan ini tentu mengkhawatirkan banyak pemimpin dunia. Seruan untuk mengadakan perdamaian dan genjatan senjata seakan tidak digubris oleh Presiden Putin.
Banyak dulu yang berpikir bila Rusia mengerahkan kekuatan militernya maka Ukraina akan segera jatuh dan dikuasai Rusia. Rupanya prediksi tersebut tidak benar. Ukraina berjuang sampai tetes darah penghabisan dalam melawan invasi Rusia. Tidak hanya tentara yang terjun di medan perang, namun warga sipil juga dipersenjatai dan bahu-membahu menghadang musuh yang ingin menguasai tanah air mereka.
Kekuatan militer Rusia sebenarnya jauh di atas Ukraina. Dan dunia juga tahu Rusia adalah negara nomor satu dunia yang memiliki persenjataan nuklir. Menurut data yang tersebar dan prediksi pengamat militer jumlah bom nuklir Rusia lebih dari 6000 unit. Ini yang membuat NATO dan Amerika sampai saat ini tidak berani terlibat langsung dalam perang Rusia melawan Ukraina.
Senjata nuklir yang dimiliki Rusia memang belum satupun yang diluncurkan. Namun semua sudah disiagakan dan tinggal menunggu perintah sang Presiden. Bila serangan ke Ukraina tak kunjung berakhir karena perlawanan sengit Ukraina, siapa yang menjamin Rusia tidak menggunakan nuklirnya. Semua bisa saja terjadi mengingat perang selalu bertujuan saling menghancurkan.
Bila Rusia mengeluarkan senjata andalannya, Amerika dan NATO apakah akan tetap menjadi penonton yang baik?. Tentu ini “skenario” perang yang tidak diinginkan semua pihak. Sangat besar kemungkinan NATO dan Amerika akan terjun langsung ke medan laga.
Andaikata seperti itu babak baru cerita perang di Ukraina, bersiap saja kita akan menghadapi perang dunia ketiga (Word War 3). Perang yang akan melibatkan kekuatan-kekuatan besar di dunia. Satu poros Rusia yang didukung China, Korea Utara dan Iran. Sementara poros kedua Amerika dengan NATO yang didukung pula oleh Jepang, Korea Selatan dan sekutu-sekutu abadi Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar