Sebulan telah berlalu, pasca bencana alam dahsyat menerjang negeri Turkiye (dulu disebut Turkey). Gempa bumi
berkekuatan besar yang mengguncang Turki dan Suriah pada 6
Februari lalu, menurut sebuah data telah menewaskan lebih dari 50.000
orang dengan lebih banyak lagi yang terluka.
Nestapa juga mendera jutaan
warga Turkiye yang rumahnya rata dengan tanah dan harus tinggal di kamp
pengungsian hingga batas waktu yang belum jelas akhirnya. Duka kita yang mendalam untuk saudara-saudara kita di sana. Karena dipastikan
Ramadan tahun 1444 Hijriyah ini akan dilewati dengan rasa kepedihan sebagai
dampak bencana besar yang mereka alami.
Bencana alam bisa bermakna teguran, ujian atau bahkan azab dari Allah. Kita berharap apa yang terjadi di Turkiye adalah ujian atau sekadar teguran yang menjadikan masyarakat mereka kembali pada tuntunan Allah. Dan yang paling penting, musibah besar yang telah terjadi juga menjadikan kita semua (bukan hanya orang Turkiye) muhasabah dan selalu mawas diri.
Walaupun Turkiye merupakan negara mayoritas Islam, namun Turkiye dikenal sebagai negara sekuler. Tidak heran bila di sana, meskipun warganya kebanyakan beragama Islam namun belum menjalankan kewajiban (syariat) layaknya seorang Muslim.
Sebuah tayangan video viral, warga Turkiye banyak yang tidak bisa menyebutkan nama-nama salat fardu yang harus dikerjakan setiap hari. Jika menonton tayangan tersebut pasti banyak yang akan berpikir dan mengambil kesimpulan, bagaimana mungkin menegakkan salat sementara nama salatnya saja belum mengetahui.
Hikmah dari bencana alam
menurut agama kita adalah terciptanya kesadaran manusia untuk meyakini bahwa
Allah maha berkuasa atas segala sesuatu. Ini akan menumbuhkan pemahaman diri
bahwa kita sebenarnya makhluk yang lemah tiada daya, dan tidak pantas membanggakan
diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar