Mengutip apa yang disampaikan Prof.Ngainun
Naim; “Menulis adalah aktualisasi dari dari syukur. Tidak semua orang
memiliki kemauan dan kemampuan menulis. Banyak yang mau tetapi belum mampu.
Banyak yang mampu tetapi tidak mau. Mereka yang mau dan mampu menulis, lalu
menulis, sepanjang ada niat ibadah, itu adalah aktualisasi dari rasa syukur”.
Apa yang diuraikan Prof.Naim hampir sama
dengan apa yang disampaikan Prof.Abad Badruzaman pada sesi Ngaji Literasi
beberapa waktu yang lalu. Kebanyakan penulis menghadapi rasa ketakutan yang
sebenarnya itu adalah angan-angan semu dirinya sendiri.
Tidak mau menulis karena takut karena
dikritik, takut apa yang dia tulis tidak mendapat apresiasi dari para pembaca,
ataupun ketakutan lain yang serupa. Semua ketakutan tersebut akan semakin
membesar manakala dipelihara terus-menerus. Hanya satu cara melawan ketakutan
menulis, yaitu segera memulai menulis.
Tak ada orang yang memiliki sifat kesempurnaan,
begitu pula dengan karya-karya yang dia tulis. Akan selalu ada sisi kurang, dan
justru karena itulah kita selalu berproses untuk memperbaikinya. Aktivitas menulis
selalu memberi tantangan kepada kita untuk senantiasa belajar dalam banyak hal.
Jadi, jangan tunggu hilang ketakutan dalam
diri kita. Abaikan dengan mencoba menulis apa saja. Apa yang kita tulis tak
akan pernah pernah sia-sia. Dari ratusan kalimat, pasti akan ada beberapa kata
yang penuh makna. Selamat mencoba...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar