Tradisi atau adat kebiasaan
turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat
kita sangat banyak jumlahnya, terlebih kita sebagai masyarakat Jawa. Beberapa
tradisi kini telah berasimilasi dengan syariat agama sehingga keduanya sudah menyatu
dan sulit untuk dipisahkan.
Kita ambil contoh tradisi
megengan dan kupatan. Megengan atau kupatan jelas tidak bersumber dari syariat
agama. Namun keduanya sebenarnya tetap mengandung ajaran agama yakni anjuran bersedekah.
Demikian pula tahlilan yang
sering mendapat serangan dari kelompok tertentu sebagai amalan bid’ah. Konten
(inti) tahlilan tidak sedikitpun menyimpang dari ajaran agama (syariat). Semua
tahu bila tahlilan isinya adalah membaca Al-Quran, zikir dan juga sedekah
makanan.
Alangkah kakunya bila ada yang
menganggap semua tradisi yang tidak bersumber dari agama adalah bid’ah. Padahal
banyak tradisi dalam masyarakat kita yang menjadikan cara beragama kita lebih
humanis.
Agama Islam datang sebagai
rahmat bagi semesta alam. Dengan megengan, kupatan maupun tahlilan hikmahnya kita
bisa menjaga sillaturrahim dengan masyarakat. Jadi tidak ada yang salah selama
tradisi tersebut membawa kemaslahatan. Dan bahkan, kita harus menjaga dan
mewariskannya pada generasi yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar